27. Mengikis Jarak

4.3K 445 29
                                    

VAL--POV

Udara dingin pantai menyapa lembut, mengusik tidur yang sedari tadi lelap. Menusuk kulit yang kian ingin merapat. Aku menghela napas, menyibak selimut yang menutupi wajah.

Njir!
Kuremat selimut yang tak berdaya. Memori semalam kembali berkelebat dengan kurang ajar. Mungkin wajahku sedikit merona sekarang. Atau mungkin banyak. Aku tak tahu.

"Parah lu Val." Omelku pada diri sendiri.

Ingat jika semalam aku menangis dihadapan si iblis jahanam Bumi meski tak secara langsung. Namun tetap saja itu memalukan.

"Kenapa gua kudu ingat saat bangun tidur. Kenapa nggak bikin gua amnesia aja." Keluhku.

Penyesalan selalu datang belakangan, begitulah pepata lama. Dan ini sangat menyebalkan. Buru-buru aku bangkit duduk menatap lurus kedepan.

"Bagaimana cara gua bersembunyi?" Gumamku.

"Gua nggak tahu kalau elu punya penyakit idiot ketika bangun tidur."

"Njir!" Kagetku, menoleh, mendapati Angkasa bersedekap dada dalam posisi tidurnya. Menatapku dengan kening berkerut.

"Otak elu lagi geser ya?" Tanyanya dengan menunjukkan wajah curiganya.

Aku menelan ludah.
Kudu jawab apa dong?
Atau otakku emang lagi geser gara-gara sambungan telpon semalam.

Dengan cepat kugelengkan kepala. Menjauhkan pemikiran absurd yang ditularkan alien astral yang menyamar sebagai Angkasa.

"Otak elu kali yang geser." Ketusku dan bangkit berdiri. Merapikan selimut dan memasukkannya kedalam tas.

"Lha, malah ngatai gua. Orang yang pagi-pagi bertingkah nyeleneh itu elu kok malah gua yang dituduh geser." Protesnya. Aku menahan diri untuk tidak tersenyum.

Sumpah.
Baru kali ini aku kenal dengan orang yang tingkat ke-absurd-nya luar biasa. Muka polos tapi otak dan mulut begitu laknat. Katakan saja dia luar biasa.

"Lagi nggak mood." Ketusku lagi.

"Astaga. Kayaknya elu lagi pms deh. Cepet banget berubah." Celetuknya.

"Wadaw! Njir!" Teriaknya menyentuh kepalanya sendiri yang mendapat geplakan sayang dari Kuza.

"Mulut kok kebanyakan diamplas." Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

"Sakit nyong!" Protesnya. "Lagian elu nggak sopan banget ngegeplak kepala kakak tingkat elu." Lanjutnya, menatap Kuza kesal.

"Begini nih kelakuan kakak tingkat yang wibawanya ilang." Cemooh Kuza.

"Sialan. Kenapa malah gua sih yang dapat sarapan sepagi ini." Omelnya.

Kami mengabaikannya. Aku mengikuti langkah Kuza yang berjalan menuju sungai kecil yang terdapat jembatan kayunya.

"Ini amazonnya Malang." Gumam Kuza sembari tersenyum tipis.

"Bakal romantis kalo malam-malam disini." Lanjutku menatap wah tempat itu.

"Elu bisa ajak kak Bumi kesini. Kalian bisa mengobrol banyak hal. Bukannya hampir dua minggu kalian nggak ketemu?" Ucap Kuza.

"Jangan halu deh. Ngapain gua bawa tuh setan kesini. Yang ada reuni mereka nanti." Selorohku.

"Hahaha. Lucu." Seru Kuza sembari ngakak.

"Gua pikir nggak lucu." Aku menatapnya bingung.

"Karena nggak lucu makanya gua ketawa." Serunya.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang