BUMI - POV
Hari yang menyebalkan, kurasa begitu awalnya. Sampai tadi seseorang hampir menabrak ku ketika diri ini kabur di jam pelajaran pertama.
Aku paling males ikut pelajaran sosiologi. Lebih demen pelajaran kimia dan sejenisnya. Tidak perlu pakai nalar karena isi kepala ini sendiri sudah kacau.
Dan disinilah diri ini berakhir, tersenyum licik setelah mendengar teriakan kata IBLIS yang ditujukan padaku beberapa menit yang lalu.
Entahlah, awalnya aku mau mengabaikannya. Tapi wajah cantik itu menggelitiki ku. Pasalnya dia laki-laki. Aku hanya ingin menjahilinya.
"Iblis?!" Seruku menggeleng, dan kembali tergelak.
"Sebegitu mengerikannya kah gua?" Gumam mulut ini pelan.
Aku kembali merebahkan diri. Sebenarnya aku menyuruhnya duduk hanya agar tak ada yang menganggu ku istirahat. Biasanya para cewek resek mencari kesempatan saat tahu aku tidur di uks.
"Val .... Vallian Brata." Gumam ku menghafal namanya.
Aku memang akan menandainya tapi bukan membulinya. Hanya ingin mengerjainya. Karena saat ini aku sedang malas menggunakan otot.
Ku hela napas panjang, meletakkan lengan di kening, berakhir meraba plester yang menempel di pelipis. Tersenyum menggeleng. Aneh rasanya dipedulikan.
Tuh pretty boy mendapat nilai plus dariku. Membuat seorang Bumi Pramana harus berpikir ulang untuk mengerjainya. Tapi diri ini sudah bertekad, dan berharap seminggu adalah waktu yang cukup.
"Ngantuk." Aku memejamkan mata, kembali tidur.
Ah sial!
Aku tak bisa lagi tidur. Bibir lembutnya yang manis dan sikapnya yang lucu membuat hati ini terusik. Aku menggeleng, tak seharusnya menggodanya.Dia berbahaya.
Ya, dia berbahaya.
Aku harus berpikir ulang untuk menjahilinya. Tapi, aku ingin menjahilinya."Mik" Aku memonyongkan bibir. Mengenal suara itu dengan baik.
"Ada apa, Sas?" Aku bangkit duduk.
"Gua nyariin lu dari tadi. Kenapa tidak ke klub basket?" Tanyanya.
"Malas. Gua lagi ada mainan baru." Jawab mulut ini santai.
"Jauhi Val!" Ucapnya ketus.
"Apa urusannya sama lu?" Aku menyipit, masih bersikap santai.
Oke?!
Aku dan Sastra bersahabat dekat meski aku lebih tua setahun darinya. Orang tua kami bersahabat dekat dan itu alasan kenapa kami dekat.Dia selalu menempeliku sejak kecil dan aku sudah menganggapnya seperti saudara sendiri meski bukan adik. Karena dia tidak pantas diperlakukan seperti adik.
Tentunya, karena lagak dia sok dewasa dan menganggap jika diri ini seumuran dengannya. Menyebalkan sih tapi dia sahabat yang setia.
"Val sahabat gua. Awas kalo sampe lu ngebuli dia. Lu berurusan sama gua." Ancamnya dan nada suaranya sedang tidak bercanda.
"Ya." Jawabk ku dengan ogah. Kembali merebahkan diri.
"Bumi?! gua serius! Jangan berurusan dengan dia!" Larangnya dengan nada tegas.
"Kenapa?" Tanya ku lirih.
"Lu bakalan nyesel ntar." Jawabnya.
Oke, aku tergelak.
Jawaban itu konyol. Seharusnya dia yang nyesel berurusan dengan seorang Bumi Pramana. Karena aku, orang yang tergolong mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
ספרות נוערWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...