VAL--POV
Senin yang luar biasa. Angin pantai menerpa sedikit kasar. Dan detik berikutnya hujan deras. Cuaca yang tak bersahabat.
Bang Qidam pergi bersama Alan, Sastra dan Henry ke pasar ikan untuk acara spesial nanti malam. Temanya bakar-bakaran sampai jelek.
Aku sendiri masih mager ditempat, padahal kebagian membeli bahan bumbu yang kurang. Menyesal karena sekarang hujan.
"Mau hujan-hujanan nggak?" Suara bariton berat itu mengingatkanku jika aku tak sendirian didalam tenda.
"Hem....." Mataku beredar menatap sekitar, "Kurasa tidak." Tolakku pada akhirnya.
Bukan ide yang bagus untuk menikmati hujan saat angin terlihat begitu kencang. Dan ini di pantai, semuanya terasa buruk.
"Ayo!" Bumi meraih tanganku.
"Ogah!" Rontaku.
Ia menghela napas, memaksaku untuk berdiri tegak, memakaikan mantel panjang padaku dan memasangkan sarung kepalanya.
"Mantel ini anti air. Sebaiknya kita pergi sekarang." Ucapnya sembari menaikkan penutup kepala miliknya.
"Kemana?" Tanyaku tak mengerti.
"Ini kencan pertama kita." Jawabnya sembari mendorongku keluar tenda.
Kencan?
Dihujan angin begini?
Otaknya si sangar lagi kongslet kali ya?
Mana ada romantisnya kalo begini ma.Aku hanya menghela napas panjang, mengikuti kemana saja ia akan membawaku. Bahkan pasrah saat sekarang kami keluar area pantai dengan mobil tim musik.
"Itu untukmu. Terlihat cocok saat kau pakai." Serunya.
"Mantel ini?" Tanyaku memastikan.
"Hem. Aku sengaja memesannya dari negara Gingseng. Mantel couple." Terangnya.
Shit!
Pasti mahal ini.
Pantes saja ukurannya pas denganku.
Lalu bagaimana jika aku menolaknya?"Kalau kau tak mau. Kau buang saja. Aku anti yang namanya barang dikembalikan." Serunya
Njing!
Dia baca pikiranku lagi?
Aku dengan cepat menatapnya nyalak. Mencari kebenaran jika iblis gahar ini memang bisa baca pikiran orang."Aku bukan cenayang." Ucapnya menjauhkan wajahku dengan jari telunjuknya yang mendorong keningku. "Itu terlihat dari wajahmu, bodoh." Lanjutnya.
Kampret!
Sueg!
Kena sebodohan dah!
Iblis amburadul!Aku menghela napas, menatap lurus kedepan. Nih iblis buluk memang terlalu royal dengan orang lain yang dekat dengannya. Tak pernah berpikir terlebih dahulu sebelum mengeluarkan isi dompetnya.
"Sepertinya kau hobi membelikan orang sesuatu." Seruku sedikit bergumam.
"Tidak juga." Timpalnya.
"Semua cewek yang jadi pacarmu juga kau belanjakan apapun." Omelku.
Ia tersenyum saat aku melirik kearahnya yang terlihat begitu tenang sembari menyetir mobil. Menggeleng kecil. Entah apa yang ada dibenaknya.
"Kenapa? Kau cemburu?" Tanyanya.
"Uhuk!" Aku terbatuk kecil demi pertanyaan konyolnya.
Detik berikutnya aku mencibir. kembali membenarkan posisi duduk agar nyaman karena jalanan terlihat tak mulus seperti dikota besar. Banyak yang berlubang bahkan tak beraspal. hanya bebatuan koral.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...