VAL__POV
Tubuhku bergetar, rasa takut masih tak mampu kutepis saat teringat desahan laknat Angga dan mata predatornya yang menjijikkan.
"Aman kok. Bumi lagi ngurus Angga." Terang Sastra yang saat ini berdiri bersedekap dada.
Henry sendiri terlihat duduk bersantai dikursi tempat biasa penjaga UKS menghabiskan waktunya.
"Kuza dan Barra dimana?" Tanyaku saat tak menemukan mereka berdua.
"Si Barra lagi nenangin Kuza yang syok. Mereka ada di gazebo taman." Jelas Sastra.
"Elu kurang asupan gizi."
Atensiku beralih, melihat bang Wika yang kembali datang dengan sekotak makanan ditangannya. Menemukan bang Viza berjalan dibelakangnya.
"Mana Bumi, Sas?" Tanya Wika saat hanya ada kami bertiga diruang UKS.
"Lagi ngurusin si Angga." Terang Sastra.
"Sial!" Seru bang Viza yang langsung berubah ekspresinya.
"Elu urus masalah disini. Gua cek Bumi dulu." Pamitnya sembari beranjak pergi.
"Hem." Gumam bang Wika.
Aku menelan ludah, berharap Bumi tak melakukan hal buruk yang berakhir merugikan dirinya sendiri. Aku tak ingin ia menyakiti orang lagi.
"Sial! Wik bantuin gua ngurusin kepsek sama guru yang lain." Seru Qidam yang masuk dengan buru-buru.
"Ah, gua lupa." Bang Wika nyengir dan beranjak pergi tanpa pamitan setelah menyerahkan kotak berisi makanan ke Sastra.
"Makanlah. Elu kenapa juga sampai lupa makan." Omelnya padaku.
"Itu tandanya dia sayang sama lakinya." Seru Henry.
"Bacot! Tau gitu gua kasih tau aja ke elu kalo Bumi lagi dikarantina sama bang Viza." Ceplosnya.
Detik berikutnya Sastra terdiam, ia sadar jika mulutnya kebablasan. Menatapku dengan wajah meminta maaf karena tak jujur.
"Anjing! Kampret lu! Tega lu sama Val!" Muntap Henry sembari memukul kepala Sastra.
"Sialan! Lu pikir gua punya izin buat ngasih tau! Itu masalah internal keluarga Pramana." Balas Sastra tak kalah kesal karena kepalanya dipukul.
"Tapi Val itu pacarnya, bangke bedebah! Heran gua sama elu!." Gemas Henry menatap Sastra kesal.
"Gua kagak punya pilihan. Cuma gua sama Adzar yang tahu gimana rumitnya keluarga mereka." Ia membela diri.
Kuhela napas panjang, mengerti dengan semua keputusan Sastra yang memang bagaimana pun ia harus tetap menjaga rahasia keluarga sahabat terdekatnya.
"Gua ngerti kok." Ucapku mencoba menghentikan perang mulut mereka berdua.
"Dan sebaiknya kalian bantu bang Wika sama bang Idam. Gua rasa mereka butuh kalian." Terangku mengusir mereka berdua.
"Elu gimana?" Sastra menatapku khawatir.
"Gua baik-baik aja." Jawabku.
"Oke, elu istirahat aja. Kita keruang guru dulu." Henry memahami keinginanku.
Sunyi.
Sekali lagi kuhela napas berat, mencoba menjauhkan semua pikiran mengerikan itu dari benakku.Bulu kudukku kembali merinding saat ingat dengan perlakuan Angga. Merutuki diri sendiri karena pingsan di waktu tak tepat.
Sialan!
Bangsat kudisan!
Rabies jahanam!
Bangke busuk!Umpatku, rasanya ingin sekali aku meremukkan wajah tak tahu diri itu karena berani bertindak asusila padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...