51. Komplikasi

2.7K 291 219
                                    

VAL__POV

Seminggu telah berlalu sejak kejadian di UKS dan sejak hari itu pula aku tak mendapat kabar dari iblis buluk. Dia seolah menghilang ditelan Bumi.

Bahkan para sahabatnya terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Mereka menjadi pendiam dan tak pernah mengganggu siswa lain.

Bang Viza?
Nomernya tak aktif begitu pula nomer Wika yang aku dapatkan beberapa hari lalu dari Ko Khu. Mereka semua menghilang begitu saja.

Bolehkan kalau aku ngumpat?
Buat apa mereka memberiku nomer mereka jika aku tak bisa menghubungi salah satu diantara mereka.

"Lian, lu kenapa sih seminggu ini kayak mayat hidup?" Protes Barra.

"Nggak ada." Aku berusaha tersenyum.

Barra menghela napas, duduk bersandar dikursi taman. Saat ini kami malas kekantin karena melihat genknya si buluk membuatku memikirkannya.

"Elu lom dapat kabar darinya?" Suara Kuza terdengar kalem.

Kusandarkan punggung, menerawang menatap langit biru tak berawan. Menggapai kesunyian, mencari ketenangan.

"Biar gua yang cari tuh iblis nggak tau diri!" Seru Barra kesal.

"Elu lebih nggak tau diri, Bar!" Plotot Kuza.

"Kenapa jadi gua yang kena sih?" Protesnya menatap Kuza tak terima.

"Ini semua gara-gara ide gila elu." Seru Kuza.

"Gua kan cuma mau ngetes tu iblis. Dan elu tahu ndiri kalo Vallian itu uda gua anggep adek kesayangan gua." Serunya membela diri.

"Lagian baru juga sehari gua tes. Uda sekarat aja dia. Dasar payah!" Lanjutnya.

"Gimana coba kalo gua tes selama seminggu. Mati kali tuh bocah." Cerocos Barra masih berlanjut.

Plak!
Sebuah tamparan mendarat dimulutnya. Sepertinya Kuza mulai gemas untuk tak menampol mulut itu. Aku tersenyum.

Ternyata ganas juga si Kuza kalo sedang marah bercampur kesal dan gemas. Melihat mereka membuatku merasa lebih baik sekarang.

"Terus cowok yang elu demenin emang siapa? Jangan sok misterius lu!" Mata belok itu menatap nyalak.

"Itu....." Ucapanku terhenti, Barra membekap mulutku.

"Sekali ngebacot gua garap lu!" Ancamnya padaku.

Kulepas bekapan itu. Bangkit berdiri, "Serah elu dah. Nyuri ciuman orang itu kejahatan lho." Sindirku.

"Lian bangke!" Pekik Barra.

"Sebaiknya elu ngakui aja, Bar!" Teriakku dari kejauhan.

"Lian! Bacot elu!" Teriaknya muntap.

Aku terkekeh, untuk sesaat kegelisahanku teralihkan dengan keberadaan mereka berdua. Namun sekarang rindu itu kembali mendekat.

"Vallian?"

Kuhentikan langkah kaki, menoleh mencari sumber suara. Menemukan wali kelasku yang berdiri tak jauh dari depan ruang guru.

"Iya bu?"

"Tolong simpan berkas ini diruang organisasi. Kalo ketemu Qidam suruh keruangan saya." Pintanya.

"Baik bu." Anggukku sembari meraih map yang disodorkannya.

Artinya aku harus keruang osis dan itu melewati kelas iblis buluk. Semoga bang Qidam berada disana. Rasanya berat menghampiri kelas itu.

"Val?!" Teriakan Angkasa mengejutkanku.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang