83. Ketika Hati itu Terhubung

2K 273 131
                                    

VAL__POV

Malam beranjak dengan sendu yang memenjarakan sepi tetap bersarang dalam hati. Mengusik senang yang kucoba bangun dengan semua keberanian.

Musik mengalun indah sepanjang jarum jak bergerak malam ini. Mengisi kebersamaan yang sebentar lagi akan menghilang.

Aku hanya diam.
Bahkan mencoba bersikap jika hati ini baik-baik saja saat kepsek memberi selamat kepada para senior yang lulus.

Mengapresiasi usaha mereka selama tiga tahun ini dan begitu bangga kepada sebagian murid yang diterima kuliah di universitas ternama.

Angkasa dan Bumi Pramana menjadi mahkota sekolah karena berhasil masuk ke universitas yang sangat bergengsi dan berkelas di Eropa.

Entah aku harus bahagia atau menangis saat kepsek memberitahu semua murid jika pacarku telah pergi ke Inggris untuk mengurus semua berkasnya.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi padanya saat ini. Namun pernyataan kepsek membuat hati ini menemukan sebuah ruang kosong.

Ada ragu yang mendekat. Berbisik padaku dengan semua ketakutan yang mulai membelenggu relung ini. Berkata jika aku sedang ditinggalkan.

Menggoda.
Merayu dengan semua sakit yang berbisik semakin kejam dan tajam. Perlahan bergerak seakan menambah sesak dihati.

Aku menepis.
Meyakini hati sendiri.
Menanamkan sebuah percaya jika ia tidak pernah meninggalkanku.

Sisi ini pun mencoba menguatkan. Membuat logikaku berpikir jika mungkin saat ini iblis buluk sedang tersesat dan berusaha untuk menemukan jalan kembali padaku.

Aneh.
Meski seolah pemikiran ini seperti sebuah pelipur lara demi menjaga hati ini untuk tak terjatuh. Rasanya sangat berat.

Ucapan itu mempengaruhiku. Kembali mempertanyakan akan sebuah kepercayaan yang saat ini sedang kubangun.

Bumi....
Bantu aku untuk menjauhkan ragu ini. Karena aku mulai sadar jika pada akhirnya meski perlahan cinta ini akan mulai membunuhku.

Aku bangkit berdiri saat timku dipanggil untuk tampil. Tersenyum pada Langi dan Mika yang duduk disampingku.

Mereka masih bersamaku.
Dan itu cukup membuatku berani mengambil keputusan jika aku memang harus mempercayainya.

"Lian, elu baik-baik saja?"

Aku menghela napas.
Pertanyaan Kuza membuatku kembali pada realita. Sadar jika saat ini aku masih berdiri ditempat.

Aku tersenyum.
Mengangguk dengan semua kesanggupan yang kumiliki. Melangkah menuju panggung dengan hati yang kembali membangun serpihan yang mulai berjatuhan.

"Selamat malam." Sapaku.

Kali ini aku menjadi vokalis penuh untuk mewakili klub seni dengan bantuan Kuza seperti biasanya. Menjamu malam dengan keahlian kami berdua.

Shape of you milik ed sheeran kulantunkan dengan semua hal yang bergerak didalam hati dengan tangan sibuk memainkan gitar.

Rasa sakit.
Pedih bahkan luka ini berusaha aku singkirkan. Tersenyum saat mata ini mengedarkan pandangan.

Kuringankan hati.
Mencoba mencari senyumannya dari malam yang menjanjikan keramaian bahkan tawa sebagian orang.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang