VAL__POV
Sunyi, tak ada percakapan. Dan sepertinya mereka memang sedang tidak berniat mengobrol sekedar memecah suasana angker yang kurasakan.
Dan bangsatnya, bang Viza mengendarai mobil seperti setan yang sedang kalap. Kepalaku pusing dan mulai mual. Sepertinya aku terkena sindrom mabok jalanan.
Sial!
Sueg banget!
Bahkan aku sudah mulai berkeringat dingin demi menahan mual.Aku beringsut, mendekat kearah Bumi yang duduk disampingku. Menatapnya penuh permohonan. Sepetinya aku bisa pingsan sekarang juga.
"Bang Viza berhenti!" Pekik Bumi panik.
Duk!
Anjir!
Bangke bangsat !
Keningku kejedot siku Bumi yang menepuk bahu abangnya. Mobil berhenti mendadak."Bangke! Kalo ngerem inget-inget!" Pekik bang Wika.
Kepala bang Wika hampir saja mendarat indah di dasbor mobil. Namun dengan cepat ditahan tangan bang Viza. Jadilah tangan bang Viza yang nempel didasbor.
"Elu juga kalo mo nyuruh orang berhenti jangan urakan gitu!" Seru bang Wika berbalik kearah Bumi.
Untung saja dibelakang tak ada kendaraan. Jadi tak menyebabkan tabrakan karena sundulan mobil dari belakang. Aku bergegas membuka pintu.
Bodoh amat dah.
Aku keluar buru-buru, silahkan saja jika mereka ingin beradu mulut. Aku punya urusan sendiri yang harus aku selesaikan.Huek!
Ku keluarkan semua isi perut. Merasakan punggungku ditepuk dengan lembut. Rasanya kepalaku berputar."Masih mual?" Tanya Bumi saat aku sudah berhenti muntah.
"Sudah mendingan. Gila! Bang Viza kalo nyetir kayak orang kesurupan." Komentarku.
Kusandarkan punggungku di tiang besi, menghela napas dan menghirup udara sebanyak mungkin. Mengisi sirkulasi otak.
"Uda baikkan?" Bang Wika mengulurkan kepala dari dalam mobil.
Aku mengangguk dan mengajak Bumi kembali masuk kedalam mobil. Namun kembali keluar saat perutku kembali bergejolak.
Bangke!
Anjirlah!
Aku kembali muntah kali ini tak ada yang ku keluarkan. Aku belum makan selain sarapan tadi pagi."Kepalaku pusing." Keluhku.
"Tahan, bentar lagi kita sampai." Ucap Bumi sembari mengelus punggungku lembut. Dan aku hanya mengangguk.
Kurebahkan kepala disandaran, memejamkan mata. Namun berakhir membukanya kembali saat sadar jika mobil tetap tak bergerak.
"Lho, mana bang Viza?" Tanyaku saat tak mendapati bang Viza di kursi kemudi.
"Entahlah. Lu bakal sakit kepala kalau mikirin dia." Seru bang Wika.
Ia menyandarkan punggungnya sembari bersedekap dada. Menatap lurus kedepan. Mata itu menerawang dalam. Detik berikutnya menghela napas berat.
"Viza sialan!" Umpatnya.
Lima menit berikutnya bang Viza kembali dengan bungkusan plastik ditangannya. Berbalik kearahku yang menatapnya bingung.
"Itu bisa bikin elu baikan." Seru bang Viza.
Anjir!
Jadi dia ngilang cuma buat beliin aku obat dan minuman pencuci mulut agar tidak asam. Aku menggeleng tak mengerti dengannya."Siniin tangan elu!" Seru bang Wika saat bang Viza hendak menghidupkan mesin mobil.
"Apaan sih?!" Protes bang Viza.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...