37. This is real??!

4.3K 372 133
                                    

VAL—POV

I remember all my life
Raining down as cold as ice,
shadows of a man
A face through a window
Crying in the night
The night goes into

Petikan gitar memenuhi aula musik bersama suara merdu yang terdengar sedikit asing bagiku. Kulangkahkan kaki mendekat.

Sabtu yang tenang, kurasa begitu karena kantin begitu sepi hanya beberapa murid yang terlihat disana, membuatku kembali dan berakhir mendengarkan suara yang cukup mengusik.

Aku terpaku dipintu aula, menatap seseorang berkacamata, mengenakan kaos berwarna hitam dengan paduan jeans hitam yang robek dibagian depan.

"Itu kan..."

Morning, just another day
Happy people pass my way
Looking in their eyes
I see a memory
I never realized
How happy you made me oh Mandy

Aku merinding, itu si Kian yang kemaren bertemu denganku dikoridor sekolah, dan disebelahnya duduk Angkasa yang sedang memainkan piano.

Well you came and you gave without taking
But I sent you away, oh Mandy
Well you kissed me and stopped me from shaking oh Mandy
And I need you today, oh Mandy

I'm standing on the edge of time
I've walked away when love was mine
Caught up in a world of uphill climbing
The tears are in my mind
And nothing is rhyming, oh Mandy

"Kenapa berdiri disini?" Bisikan itu mengejutkanku.

Secepat kilat aku menoleh dan naas bibirku mendapat kecupan singkat dari raja iblis mesum tingkat jahanam. Ia menyeringai.

Bangsat!
Nih iblis selalu pandai mencuri kesempatan dalam kesempitan. Aku menatapnya tak suka. Kembali mengalihkan atensi keatas panggung aula.

Lagu Mandy milik westlife mengalun indah dari bibir tipis itu. Aku mengedarkan pandangan. Semua anak kelas satu dan anak kelas dua duduk manis dilantai tanpa alas apapun.

Bahkan kakak tingkat juga berada disana dan jangan lupakan seluruh anak kelas bahasa dan musik juga memenuhi ruang aula.

"Acara apaan?" Tanyaku lirih tanpa menoleh kearah Bumi.

"Oh, acara anak musik sama anak bahasa. Membahas masalah kasusastraan." Terang Bumi yang masih dalam posisi sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan wajahku.

"Itu siapa?" Tanyaku.

"Anak dari sekolah unggulan. Bintang tamu acara ini. Penulis muda berbakat." Jawabnya.

"Oh." Aku mengangguk pahan.

"Lian, sini!" Aku mengedarkan pandangan. Melihat Kuza duduk disudut paling ujung dibagian belakang bersama Bianca, Langi, Mika, si Pinky, bang Qidam, Sastra dan para genk amburadul.

Oh satu hal yang membuatku penasaran adalah wajah Sastra, Henry dan Wendy yang penuh dengan lebam. Seolah mereka habis berkelahi.

Yesterday's a dream
I face the morning
Crying on a breeze
The pain is calling, oh Mandy

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang