Perpisahan adalah puncaknya suatu pertemuan. Jalan selanjutnya adalah tentang mengihklaskan -J
.
.
.Tidak ada makna jika hidup Sunwoo Kim tanpa Eric Sohn yang sekarang berlari dengan cepat dengan kaki kaki ringkihnya pada bandara Charles de Gaulle bagian kedatangan menuju Sunwoo yang berdiri dengan merentangkan tangan disebrang.
Rasa yang di pupuk itu membuncah. Tiga tahun yang gila menunggu waktu yang tepat untuk memecahkan yang namanya celengan rindu yang menggebu gebu. Eric harus tetap di korea menjalani beberapa tahap untuk keberlangsungan kehidupan tanpa meneruskan kuliah yang terhenti ditangah tengah begitu saja dan Sunwoo dibiarkan menggapai mimpi di negeri orang. Meninggalkan cinta yang banyak bagi Si Sohn untuk bertahan hidup sebagai oksigennya.
Dengan itu Sohn masuk dan merayap pada pelukan sang kekasih Hati. Yang Ia rindukan setengah mati.
Bersama mantra yang selalu Sunwoo bisikkan setiap kali mereka selesai video call atau pun telpon iseng siang-siang melepas jenuh disela sela kegiatan masing masing.
"Aku mencintaimu"
Semakin Erat Eric memeluk semakin banyak pula kata kata cinta yang terucap.
Bahwa Yang Sohn kecil paham, Sunwoo mengucapkan syukur teramat dalam pada hubungan mereka yang sudah sejauh ini. Kesehatan Eric sampai sekarang. Dan tentu saja pertemuan tak terduga mereka. Kenginginan Eric sebelum pergi katanya. Membuat Sunwoo kala itu ngambek 3 hari 3 malam. Tapi tidak berani melanjutkan acara "marahnya" karena Eric tertawa disebrang sana bersama selang selang terpasang di hidung dan tangannya.
Sebenarnya tak perlu Sunwoo bermimpi yang terlalu indah untuk apapun itu— hanya Eric Sohn seorang yang sempurna untuknya. Ditengah banyak nya ujian di dalam Hubungan mereka.
Gemuruh didada itu meletup akhirnya. Lama bersitatap sampai yang lebih tua menarik yang kecil mendekat.
Mencecap rasa melon yang tertinggal dari permen pesawat pada bibir manis Eric seorang.
"Aku sangat menyayangimu"
"Aku tahu" kekeh Eric.
Menangkup pipi Sunwoonya, Eric berkomentar.
"Sempurna"
Alis Kim terangkat mencoba menangkap makna dari kata yang lebih muda.
"Kenapa?"
"Kamu sempurna"
Telapak itu dikecup pelan oleh Sunwoo. Eric tau kebiasaan yang satu ini. Terlampau hapal.
Sampai Sunwoonya meneruskan lagi kalimat Eric.
"Disempurnakan oleh kamu"
Si Muda mengangguk setuju. Mengandeng jari jari yang lebih besar darinya dan menyeret miliknya ke arah parkiran yang ada.
"Kau tau parkir mobil ku?" Disela sela mereka berjalan Sunwoo melayangkan komentar sambil sesekali tertawa.
"Berhenti bercanda. Ayo segera pulang. Aku sudah tidak sabar"
Kata Eric berseru membuat Sunwoo makin tertawa. Mengambil alih pimpinanan. Menuntun mereka berdua pulang. Lengkung bulan sabit di mata keduanya tak luntur selama perjalanan. Tersenyum akan kehadiran satu sama lain. Mengucapkan sekali lagi sama Tuhan.
Melewati kota dengan indahnya malam yang tak biasa bagi Sohn.
Si Kecil itu berkomentar.
"Nu, aku suka Malam di kotamu kata orang-orang dari internet, Ia benderang seperti julukannya—yang kupikir seperti bibir dan matamu juga"
Eric memejamkan mata Menikmati angin yang menerpa dari jendela mobil yang terbuka. Sadar akan sepasang mata yang sedari tadi sibuk menoleh antara jalan raya dan dirinya.
Baru berhenti ketika Eric memilih megenggam salah satu tangan Sunwoo yang tidak memegang kemudi. Kim itu Fokus ke jalanan lagi sambil mengecupi tangan si Kecil yang semakin kurus kian hari.
"Aku mecintaimu—aku mencintaimu— aku mencintaimu— aku mencintaimu—"
"Nuu—"
Sunwoo berhenti merapalkan mantra. Punggung tangan Eric hanya berjarak 4 senti dari bibirnya.
"Iya aku tahu. Dan aku juga mencintaimu"
Namun punggung tangan itu di kecup lagi. Dan Eric menahannya sambil tertawa.
"Hyun shshshh berhenti hahaha—"
Sampai pada lampu yang merah yang terakhir sebelum sampai pada kediaman Sunwoo selama di kota romantis paris, prancis.
Eric tau Sunwoo menitikkan air mata. Karena tangan Eric digenggam sangat erat. Sedemikian rupa seperti pengangan terakhir untuk Kekasihnya.
"Aku tidak akan pergi"
Dan Sunwoo berkata membelasnya "jangan coba coba"
"Aku minum obatku teratur, check up ke dokter sesuai jadwal— aku sehat Nu. Jangan khwatir, Hiduplah terus seperti ini, kejar mimpimu dan jadi bahagia— aku selalu mendukungmu. Tenang saja bersama doa doa"
Tapi kekhawatiran Sunwoo menjadi nyata saat itu juga.
Ingat bahwa PERGI adalah jadi Bucket List Eric sebelum benar benar pergi. Tiada.
Saat mobil Sunwoo melaju pada pemberhentian awal dan terakhir Eric di kota paris. Yaitu rumah Sunwoo sendiri. Balasan Genggaman itu perlahan mengendur bersama mata Eric yang tertutup rapat.
Sunwoo meyakinkan diri bahwa Sohn kecil hanya mengantuk. Tapi kekasih jiwanya itu Pergi dan takkan kembali. Hanya menitipkan pesan jalani hari dengan baik tanpa mengerti bahwa Separuh hidup Sunwoo tidak ada didunia.
Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?
Sunwoo bisa apa.
Bisa gila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Of Youth
Short StoryIni cerita Sunwoo dan Eric. Cerita pendek🥂 Dari kapalgetek © Sep 2020 [Mulai] - Maret 2022 [Selesai]