Kisah lain yang sama menarik dengan Kordoba sang sahabat, Eric terjebak dalam jerat kemerosotan intelektual atau moral. Setidaknya bagi Eric begitu karena dalam kamus hidup, cinta tidak pernah terdengar elok apalagi ketika di ajak kompromi soal perasaan.
Seperti rasa yang menganggu, menggelisahkan untuk membuat manusia dalam kondisi ketidakpuasan konstan akan diri sendiri untuk orang lain dan itu akan sangat sakit. Sebab ketika Eric membaca sebuah buku essai dari Llasa dalam ranah asamara, kekerasan adalah bukti cinta.
Keras terhadap kalau rasa itu benar benar nyata, dan Eric merasa itu sebuah ketimpangan yang mencolok mata.
Tapi tatanan tinggi benteng Eric rubuh bagai randa tapak yang tersentuh jemari kecil atau sedikit tiupan angin. Ketika Sunwoo Kim tersenyum kecil saat membantu Eric melewati hujan yang kini bukan rintik.
Valensia cukup indah di tengok saat masih ada matahari, tapi kalau sudah sepi ketika malam beranjak dan sendiri setelah berdoa di katedral tua, Eric harus cepat cepat kembali ke hotel pesanannya.
Sunwoo menyusul entah dari mana— Dan disitulah ada, membuka jaket kulit dan melindungi kepala Eric untuk terus maju menerobos air yang kian berderu deru bersama guntur.
Secara langsung maupun tak langsung, bagai film romansa klasik jaman bahula. Lewat fakta, impian, pengakuan, kiasan, mimpi buruk atau penampakan realitas hidup tidak sempurna, Eric tau hidupnya harus berubah.
"Kenapa?" Eric meringkuk ciut saat di gandeng untuk segera menepi kembali pada kios kios yang tutup. Karena Sunwoo sudah basah kuyup.
Eric mengenal Sunwoo tahun lalu, sebelum di Valensia ketika di Eropa bertemu sebagai partner kerja.
"Hah kenapa?" Yang lebih tua malah menggoyang goyangkan tubuh, guna mendapat hangat wakau itu percuma. Setelah selesai malah bukannya mengusak rambut lepek kriting gantung yang ada di jidat dan memegang rambut Eric untuk di kasih kebelakang sejenak.
Eric tidak mengerti tentang keragaman atau mungkin kerumitan dari dunia dewasanya sendiri di sertai ambigunitas kontradiktif dari peristiwa peristiwa ini.
Mana lagi dari balik tas kecil yang Sunwoo punya, ketika lari di bekap pada dada. Keluarlah topi kering yang langsung terpakai pada kepala lumayan besar Eric.
"Biar gak sakit..."
Eric bukanlah sosok penentang tak terbendung atas apa yang di anggap baik. Hanya saja tindakan Sunwoo tidak masuk dalam alat pikir.
"Ayoo.. sedikit lagi kita sampai hotel..."
Jaket kulit yang basah kembali di pada kepala Eric yang langsung di tarik Sunwoo membelah gang gang sempit agar cepat sampai pada pemberhentian akhir. Sedikit lagi sebelum meraih halte dan menunggu taksi di malam dengan dingin.
Kehidupan yang tak semerawut New York, tapi melihat dari balik lingkupan senyum Sunwoo ada bangunan rapat berjajar jajar dengan tembok tinggi yang lembab empat tingkat, menghitam di makan zaman. Tulisan kecil restaurant, klub atau toko jajanan. Eric terkesima dengan takdir maha dasyat karena sudah mampu melihat indahnya ciptaan Tuhan.
Sampai dengan tanda kecipak kecil pada kaki setelah tergelincir sedikit masuk ke lubang air, Eric menggeleng tanda baik untuk Sunwoo yang khawatir. Pemberhentian terakhir halte yang sepi dengan menunggu taksi.
"Dingin..." tutur Sunwoo tapi hangat senyum itu berkata sebaliknya pada Eric yang sudah tersihir sempurna.
Orang yang berdiri telalu lama diluar bagian kuping dan hidung akan membenku serta tangan menjadi kaku. Sedangkan yang di lakukan Sunwoo untuk mencegah itu adalah memegang tangan keriput Eric yang mengkeret karena suhu.
"Nu..."
"Yaa?"
"Terimakasih..."
"Bukan apa apa" kecup kecil pada buku buku jari.
Sunwoo harus tau pipi Eric berwarna merah bukan karena dingin.
Hingga beberapa detik temu pandang mengingat kilas balik kehidupan Eric sendiri, ternyata sosok di depannya kini cukup lebih baik dari manusia fana yang lain.
Jadi putusan bulat untuk Eric ambil saat kilat lampu taksi menyilaukan dari selatan, melaju kencang membawa penumpang yang buru buru pulang. Menyebabkan cipratan lumayan.
Eric melindungi tubuh Sunwoo dari air comberan. Kemudian mengalungkan lengan— mencecap rasa yang lebih baik dari cairan hujan.
Manis bibir tebal Sunwoo yang cukup memuaskan.
Penghakiman tegas tentang dunia yang menjijikan hilang, ketika Eric melihat Sunwoo yang kelabakan. Akhirnya Eric juga sadar setelah tenggelam dalam banyak tulisan tentang kebohongan sebuah roman, Eric mampu menukar kenyataan hidup dengan pemborosan.
Selesai
KAMU SEDANG MEMBACA
Age Of Youth
Short StoryIni cerita Sunwoo dan Eric. Cerita pendek🥂 Dari kapalgetek © Sep 2020 [Mulai] - Maret 2022 [Selesai]