20 dB

1.2K 142 19
                                    

Hallo apakabar? Masih ada yang baca?
Sembilan Puluh Chapter sudah kita bersama😭🤍
Akhir akhir ini aku bingung mau nulis apa...
Kalau ada saran. Mungkin seperti biasa bisa tulis di sc saja☺️🤍
Oke cukup basa basinya, kita masuk ke inti cerita

•••

Anak tengah dari keluarga Jung yang merupakan saudara kembar Jeno itu memberengut lucu dengan mulut mecucu maju. Konsumsi gulanya begitu rendah yang dimana ia jadi terpaksa berbaring di rumah sakit untuk menambah hal yang bernama glukosa.

Hari ini adalah hari terakhir dimana Eric di bantu sang pacar untuk bersih bersih dan pulang.

Sunwoo Kim yang baru pulang dari Jepang.

"Kan udah di bilang kemarin makan, ngeyel kan..."

Mengemas baju Eric, Sunwoo mengomel dari luar. Sedangkan Jung itu ada di kamar mandi berganti pakaian.

"Ya maaf..." satu kata. Jawaban. Tapi hal itu sepertinya bukan yang Sunwoo harapkan.

"Kalau aku ngasih tau tu nurut, jangan di tunda untuk sarapan lunch ataupun dinner— kerjaan aku banyak. Gak bisa terus menerus ngirim pesan ke kamu suruh makan dan sebagainya.." kata Sunwoo terhenti saat Eric keluar kamar mandi dengan raut wajah makin jadi. "I mean bayik.. prioritas aku ke kamu memang tinggi— rasa percaya aku ke kamu apalagi. Tapi, please peduliin kesehatan kamu sesekali"

"Alright, i got it. Im sorry... maaf buat kamu jadi buang waktu. Cepat cepat balik dari Tokyo buat nemenin aku maaf..."

"Hey hey hey, look at me... aku menghormati kerjaan kamu— akuntan gak segitu mudahnya aku tau... sekali lagi dengerin aku demi kebaikan kamu... makan sesuai anjuran dokter— jangan kecapek an— jangan overworked..."

"Iya iya aku paham, aku minta maaf.." Emosi Eric naik, frustasi kalau Sunwoo sudah terlalu blak blak an dan menghakimi suatu hal. Tipe keras kepala— jelas sekali seperti keturunan Kim memang berbeda.

Pulang dari rumah sakit pun sampai Apartement yang sudah bersih sampai ke celah celah di kamar. Tidak membuat Eric serta merta heran.

Jelas sekali siapa yang membersihkan.

Eric sendiri memilih menghempaskan badan ke arah ranjang, melihat sebentar Sunwoo memasukkan baju dalam tas kembali ke dalam almari awal.

"Cuci kaki sama tangan sebelum istirahat..." teguran pertama Sunwoo sudah mampu membuat Eric beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi menjalankan perintah yang di suruh. Eric tau kalau Sunwoo sangat tidak suka konflik yang menguras energi dan membuang buang waktu.

Jadi Eric menurut tapi setelah itu kembali ke kasur sembari melihat pesan yang masuk dari teman teman yang mengucapkan semoga lekas sembuh.

Selang beberapa lama yang tak Eric hitung, Ia merasa tempat tidur ukuran double size sebelah kanannya memberat sedikit karena ada orang duduk.

Eric tidak berbalik, tidak berniat melirik, tau kalau menghadap punggung Sunwoo sekarang si Kim itu sedang melepas jaket tebal dan menyisakan hoodie abu abu di badan.

Bisikan kecil terdengar, duapuluh desibel dalam pengukuran. Lebih manis dari cokelat dan membuat jantung Eric berdetak makin cepat tak karu karuan.

"Maaf tadi kelebihan..."

Eric mengetahui apa yang di maksud Sunwoo, berlebih soal mengatakan pada lebih sedikit menjerumus ke memarahi anak bayi besar.

Tangan kanan Sunwoo sendiri kini sudah terselip diantara kepala kecil Eric. Menjadikan bantal bagi si Jung yang memainkan jari jari.

"Aku khawatir..." bisik Sunwoo lagi. Merdu mendayu lebih manis dari permen yang Eric konsumsi jaman dulu.

Sendok dan garpu, Eric membiarkan Sunwoo memeluk. Mencium tengkuk atau apapun.

Eric tidak tersinggung sungguh, tapi Sunwoo kalau menegur memang begitu. Eric hanya butuh sedkit waktu.

"Gak mau balik badan?"

Ditanya demikian, Eric menggeleng cepat. Memegang tangan Sunwoo yang berteger di pinggang. Meremat sebentar kemudian menggeleng sekali lagi sebagai jawaban.

"Yaudah tidur siang sekarang... nanti malam kita grocery shopping— kulkas kamu isinya benar benar kasihan"

Mengangguk tanpa menjawab, Eric merasa belakang kepalanya di kecup. Sebelum tangan Sunwoo yang di pegang pada pinggang berpindah tepat ke pantat.

Menepuk secara konstan.

Dengan alunan lagu tahun sembilan puluhan yang didendangkan Sunwoo, Eric dengarkan.

"Aku bukan anak kecil..." Lelah Eric yang sekarang memilih membalik Sunwoo yang tersenyum legit.

"Oh bukan bayik..."

Kata Sunwoo yang membuat Eric mencubit perut Sunwoo kepalang sakit hingga yang punya meringis kecil.

"Ampun ampun.. iya..."

Masuk ke pelukan si Kim, Eric mengkerut kecil. Ditepuk tepuk di punggung sebelum jidat Eric bertabrakan dengan hidung Sunwoo karena yang bermarga Jung bergerak menyamankan letak.

"Mau di cium..." duapuluh desibel lagi untuk bisikan kecil dari Sunwoo yang manis paket komplit.

"Nu please..."

"Oke tidur..."

Keputusan terakhir, Sunwoo tertawa sebelum benar benar membuat Eric terlelap masuk alam bawah sadar yang ada.

•••

Sekarang, pernah dengar istilah kalau cinta hanya pergolakan hormon manusia. Sebenarnya sebagai orang awam Eric tidak begitu paham tentang kesehatan tapi perihal cinta boleh lah diceritakan.

Tentang Sunwoo yang setelah tidur siang bangun dan menumpang mandi di kamar, menyiapkan makan malam dan menunggu Eric selesai memilih jaket yang pas untuk mereka jalan keluar.

Tindakan kecil yang Sunwoo kerjakan walau si Kim begitu cerewet sangat idealis akan beberapa hal. Tetap saja Eric jatuh cinta makin dalam.

Seberapa konvensional Sunwoo, seberapa keras kepala Sunwoo.

Bahkan ketika mereka memilih daging ayam tanpa tulang atau sebaliknya pun. Eric suka ketika tindak tanduk Sunwoo menjelaskan setiap rincian rencana untuk memasak di rumah Eric besok pagi untuk sarapan mereka berdua.

Sekedar menginap beberapa hari, padahal baru balik dari tugas di luar negeri.

Bisikan kecil, seperti dilakukan Sunwoo kali ini. Mungkin yang terakhir kali sebelum Eric turun dari mobil menenteng belanjaan dari grocery shopping.

Sunwoo berbisik dengan begitu manis. Dua puluh desibel lagi. "Cinta Eric, aku begitu mencintaimu— tolong jangan sakit karena si Kim kolot ini khawatir"

Ditutup dengan kecupan di pipi.

Ending

Age Of YouthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang