54

2.7K 544 54
                                    

Gue yang hampir jatuh dipegangin sama Noa dan Junkyu.

Pandangan gue mengabur, kaki gue lemas, gue enggak tahu kenapa mendadak begitu sakit cuman karena mendengar sebuah fakta yang sama sekali nggak pernah terpikir di otak gue.

Rasa nyeri dikepala gue hadir dan sekelabut hitam tiba-tiba muncul di penglihatan gue.

"Yan!"

Gue membuka mata gue dan melihat Junkyu dengan wajah panik, gue melihat sekitar gue, ternyata gue berada di kamar Junkyu.

"Gue kenapa? Kok bisa di sini?" Tanya gue mencoba buat bangun.

"Lo pingsan Yan, tadi gue udah panggil dokter, katanya lo stress terus kecapean juga, lo banyak banget pikiran ya? Kata dokter juga lo harus mulai konsul, trauma lo mulai muncul lagi," jelas Junkyu.

"Hah? Gue pingsan? Kok bi—"

Ingatan gue tentang kejadian di restoran muncul... apa gue cuman mimpi ya?

"Kenapa gue di bawa ke sini? Junkyu mah buang-buang duit manggil dokter segala," ujar gue sambil megangin perut gue.

"Elah lu diem dulu kek, baru juga bangun udah ngomel."

"Ya gimana gue gak ngomel sih ah, gue laper nih... berapa jam sih gue pingsan?"

"Ini udah jam depalan malam sih, Yan."

"Anjir, gila lo!? Gue kenapa dibawa ke sini bukannya dibawa pulang?"

"Rumah gue paling deket sama sekolah. Tadi bang Gon sempet ke sini bentar abis itu pergi lagi soalnya ada urusan sama dosennya," kata Junkyu sambil ngasih gue air putih.

Gue agak syok, gue bisa pingsan selama itu? Tapi emang dari pagi kepala gue pusing banget sih, awalnya gue juga gak pengen ikutan makan sama temen sekelas, tapi sayang banget kalau gue nggak ikutan.

"Gue laper," ulang gue.

"Iya sabar nyai, itu Jihoon sama Noa lagi kerepotan di dapur," ujar Junkyu kemudian berjalan keluar.

Nggak lama muncul Jihoon dan Noa dengan nampan ditangannya.

"UDAH BANGUN LO!?" Pekik Jihoon dan berlarian ke arah gue, hampir aja dia meluk gue tapi dihalangi oleh Junkyu.

"Darlian belum mandi, bau," ujarnya.

Gue mendelik, pengen ngomel lagi tapi tenaga gue rasanya udah mau abis. Akhirnya gue mengambil nampan yang disodorin Noa.

"Widih masak lo berdua?" Ledek gue.

Gue melihat bubur bikinan Noa dan Jihoon, gue baru liat ada bubur kayak gini modelnya...

"Visualnya agak gimana gitu ya..." gue menatap mereka dengan tatapan nggak yakin.

Gue sebenarnya terharu sih mereka bikinin gue makan, tapi...

"Makan. Gue sama Jihoon udah susah-susah bikinnya."

"Iya... tapi baunya kok manis sih?" Tanya gue heran setelah mengendus bau buburnya.

"Ji! Lo tadi naruh garem apa gula!?" Tanya Noa.

Jihoon menggaruk kepalanya, "kayaknya garem deh,"

"Makan dulu Yan, cobain," ujar Junkyu.

"Lo gak ngerasain tadi emangnya pas bikin?" Tanya gue lagi.

"Nggak. Lo pilek gini masih bisa nyium bau?"

"Bisa lah orang baunya nyengat banget ini mah, lo gak naruh macem-macem 'kan!? Gue kalo mati gimana..."

"LEBAY BANGET! Sini gue suapin!" Sambar Jihoon merebut nampan dan menyodorkan sesendok penuh bubur ke depan mulut gue.

Akhirnya gue menerima suapannya, baru aja masuk di mulut gue, langsung gue muntahin.

"BANGSAT! LO BERDUA PENGEN NGEBUNUH GUE YA!?" Teriak gue kemudian bergegas minum air.

SUMPAH GUE BARU KALI INI NGERASAIN MAKANAN SE ENGGAK ENAK INI!!!

Noa bengong, Jihoon sama Junkyu ngakak sampe guling-guling di lantai.

"Gue gak percaya lo pingsan tadi Yan, baru bangun gini kok kayak orang sehat-sehat aja sih?" Heran Jihoon.

Gue melempar bantal kemukanya, "bacot lo!"

"Gue laper banget serius!"

"Bentar lagi Raesung sampai bawa makanan," ujar Noa.

Mendengar nama Raesung seketika gue langsung diem, gue masih gak bisa nerima kenyataan.

"Tumben lo gak nanyain bang Hyunsuk," sahut Jihoon, Junkyu langsung menginjak kakinya.

Oh iya, Hyunsuk mana ya?

"Hyunsuk mana?"

"Nah 'kan nanya dia, dari tadi juga gak diinget Lian," ujar Junkyu sambil menyenggol Noa.

"Inget lah, cuman gue gak nanya aja."

"Alah, bilang aja lupa sama bang Hyunsuk, gue aduin ah~" ujar Jihoon sambil ngotak-atik hpnya.

"Apasih, Hyunsuk mana?"

"Gue gak bilang bang Hyunsuk sih kalo lo di sini... lo lupa ya?"

"...kenapa? Lupa apa?"

"Gapapa."

"LOH KENAPA?"

"Gausah teriak," Noa melempar hp gue di samping gue, "lo kasih tau sendiri."

"...kalian berantem sama Hyunsuk ya?"

"Iyalah! Lo gak tau aja kalo—" ucapan Junkyu terpotong karena Jihoon membekap mulutnya.

"Kalian jahat banget sama gue," gue menatap ketiganya kesal. Gue bergegas bangun dan berjalan dengan sempoyongan untuk mengambil tas gue.

"Lo mau kemana!?" Pekik Jihoon, Noa langsung menangkap gue yang hampir jatuh.

"Lo tuh masih nggak stabil sekarang, kaki lo lemes 'kan? Bisa diem dulu gak sih?"

"Lepasin gue."

"Gak," Noa menggiring gue ke kasur lagi. "Tapi gue mau pulang!"

"Di rumah lo gak ada siapa-siapa Yan, bang Rubin 'kan lagi di luar kota, lagian dia nyuruh lo nginap di sini. Bang Gon juga barusan nge-line gue katanya gak bisa pulang, temennya ada yang meninggal."

"Tapi 'kan ada Hyunsuk!"

"Lo pikir kami bakal percayain lo sama Hyunsuk?" Tanya Junkyu, bahkan dia nggak manggil Hyunsuk pakai sebutan 'abang'.

Gue menghela nafas berat dan beralih membuka hp gue. Banyak banget line masuk dan lebih banyak panggilan tak terjawab dari Hyunsuk.

Gue menekan tombol telepon, tapi Hyunsuk nggak menjawab telepon gue. Gue mendadak gelisah... sebenernya ada apa lagi...

"Ji... Hyunsuk di mana?" Tanya gue pasrah, berkali-kalipun gue telpon tapi tetap nggak diangkat.

"Gue juga ga tau," ujar Jihoon.

"Hyunsuk..." gue mulai menangis, gue tiba-tiba khawatir banget sama Hyunsuk.

Kenapa temen-temen gue jadi kesel sama Hyunsuk, apalagi yang gue lewatkan kali ini?

Gue mendengar suara motor dari luar rumah Junkyu, nggak lama kemudian gue melihat Raesung berdiri di depan pintu kamar Junkyu dengan kantong kresek di ke dua tangannya.

Gue masih nggak siap ketemu Raesung...

FREAKY | Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang