Hai, gue agak gak waras nih gara-gara Hyunsuk mainin rambutnya mulu dari tadi :))
hepibidi bayi sapiiiii 🥳
$$$
Gue melirik ke dua sepupu yang saling diam menatap ke arah gue. Satunya terlihat marah, satunya lagi entah kenapa terlihat begitu sedih.
Gue dari tadi cuman melihat ke arah mereka sambil berpikir cara untuk menghilangkan suasana yang aneh ini.
Gue bersuara, keduanya serempak mendatangi gue.
Gue berdecak, kemudian mengangkat agak tinggi satu tangan gue, "gue pengen nyari angin, sumpek."
Gue bohong, kepala gue pening banget sebenarnya, cuman demi menghindari salah satu dari mereka kayaknya gue harus keluar dulu.
Gue melirik Hyunsuk yang hampir menarik tiang infus gue, "Rae, temenin gue."
Raut wajah Hyunsuk terlihat kecewa, gue hanya menatapnya sekilas kemudian turun dari kasur dibantu Raesung dengan mengambil tangan yang gue angkat tadi.
"Tapi Yan, di luar lagi berangin, lo gak boleh kena angin," ujar Raesung.
"Gapapa."
Tangan gue yang dipegang oleh Raesung seketika dilepas Hyunsuk, "Darl kamu jangan kayak gini! Ayo ngomong sama aku!"
"Lo pergi aja bisa gak? Lo gak kasian sama Sua sendirian di sana!?"
Hyunsuk mengusap wajahnya— nampak sangat frustasi, "Kamu kenapa kayak gini sih..."
"Lo tanya kenapa gue kayak gini padahal lo udah tau jawabannya, udah, lo pergi aja..."
Tapi gue ga mau kalau lo pergi gimana ya...? :(
"Darl!"
Raesung tiba-tiba menghadang Hyunsuk yang hendak menarik gue, "Lian lagi sakit. Lo turutin aja apa kata dia."
"Gak bisa! Darl, tolong, ayo ngomong sama aku, dengerin aku dulu!"
Gue menutup mata gue, pegangan gue pada tiang infus mengerat, "gak ada yang perlu diomongin, semuanya udah jelas."
"Demi Allah, Darl. Aku udah nggak ada apa-apa lagi sama Sua! Sua cuman masa lalu buat aku!"
Gue berbalik dan berjalan keluar dari ruangan dibantu Raesung, tapi Hyunsuk tetap mengikuti gue dan menghadang jalan depan gue.
"Minggir."
"Darl, aku harus apa biar kamu maafin aku?" Ucap Hyunsuk yang terdengar begitu lirih.
Gue terdiam, gue pun nggak tahu apa yang gue inginkan. Gue masih nggak bisa mikir dengan jernih, kepala gue sakit, apalagi hati gue.
Di satu sisi gue benci sama Hyunsuk, tapi gue masih sayang banget sama dia... gue nggak bisa melepas dia, gue nggak mau dia pergi dari gue, tapi gue juga nggak mau lagi dibohongin terus.
Gue harus apa...
"Minggir,"
Satu kata itulah yang gue ucapkan kemudian berlalu melewatinya, setelah beberapa langkah gue menengok dan melihat Hyunsuk yang berlutut membelakangi gue.
Gue merasa ada yang aneh sama Hyunsuk, langkah gue langsung terhenti dan berbalik sepenuhnya— berlari ke Hyunsuk dengan Raesung yang panik mengangkat tiang infus gue.
"Hyunsuk!? Hey?? Hyunsuk?? Lo kenapa!?"
Gue berjongkok di depannya, Hyunsuk tampak seperti orang yang nggak punya raga. Hyunsuk mengangkat wajahnya yang terlihat sangat pucat.
"Hyunsuk?" Panggil gue sambil mengoncang pelan bahunya.
"Maafin aku," lirihnya sebelum ambruk di badan gue.
$$$
Ruang inap gue bertambah pasien, padahal ruangan gue khusus satu orang alias VIP. Gue melirik di mana Hyunsuk yang tidak sadarkan diri.
Gue sengaja sih nyuruh pihak rumah sakit biar Hyunsuk di ruangan gue juga... gue nggak tau kenapa gue kayak gitu, reflek aja...
Apa gue udah keterlaluan ya sama Hyunsuk?
Kenapa dia jadi ikutan sakit kayak gini sih...
Dari tadi gue berusaha untuk nggak nangis tapi pada akhirnya bulir bening itu mengalir tanpa persetujuan gue.
Perasaan gue kacau banget, gue nggak tahu harus apa... gue kecewa, gue marah, tapi gue nggak bisa... Hyunsuk terlalu berarti bagi gue.
Kalau dipikir-pikir gue emang gak pernah denger penjelasannya, gue cuman takut... gue takut Hyunsuk bohong lagi.
Mendengar semuanya dari Noa pun sudah cukup membuat hati gue hancur.
Hp gue yang berada di atas nakas tiba-tiba berbunyi, gue mengambilnya dan tertampang nama Beomgyu di layar.
Gue langsung mengangkat panggilan itu, berniat untuk memberitahu kalau kakaknya sakit, tapi kalimat yang Beomgyu lontarkan membuat gue semakin terisak,
"Halo kak Li, Bang Hyunsuk udah sampai 'kan? Dari kemarin Beomgyu telepon gak diangkat. Kemarin abis isya ngebut banget bawa motor dari Bandung, takutnya kenapa-napa."
Siapa yang harus gue percaya sekarang?
"Kak Li?? Kak Li kok nangis?"
Suara Beomgyu menggema, "Hyunsuk pingsan, Gyu, ini lagi di rumah sakit," ujar gue.
"Ya Allah, kok bisa kak?"
"Kecapean kayaknya Gyu, kamu istirahat ya. Hyunsuk biar aku yang jagain, kamu pulihin diri kamu dulu."
"Yaudah deh, titip salam ya kak, tapi emang pas ke sini bang Hyunsuk udah pucet sih, padahal udah Beomgyu larang ke sini, malah ngeyel, pas udah sampai bang Hyunsuk malah gelisah banget mau balik ke Jakarta, pantes aja sih sampai sakit," jelas Beomgyu diujung sana.
Hyunsuk gelisah? Gelisah karena punya firasat gue yang sakit atau Sua yang udah melewati masa kritisnya?
"Iya Gyu, kamu cepat sembuh ya,"
"Iya kak, makasih. Udah dulu ya, aku mau makan. Kak Li juga jangan lupa makan."
Adek Hyunsuk perhatian banget sih, kenapa gue nggak dijodohin sama adeknya aja ya?
Nggak sih, gue demennya emang sama abangnya, mau gimana lagi...
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY | Choi Hyunsuk
Short Storygimana sih rasanya kalo dinikahin sama cowok aneh bin sinting? status; on going. ©hyunshock, 28th january 2018. #1;choihyunsuk (281218) #1;hyunsuk (280219) #1;ygtreasurebox #1;treasure (170420)