01

28K 3.2K 499
                                    

hello again! 🤩
Jangan lupa, yang belum vote, vote ya!
Komen juga jangan lupa! Komen ulang lagi juga gapapa, banyakin aja biar aku tambah semangat hehe 😉❤️

tmi; part ini bener-bener aku rombak banyak, yang awalnya kemaren sekitar 300an word sekarang sampai 900 word hehe.

Happy reading! 

$$$

"kita putus aja ya? makasih buat semuanya, min."

Senyum Seungmin menghilang tergantikan oleh tatapan tak percayanya. Cowok bersurai coklat itu terdiam membeku, membuat gue memutuskan untuk cepat-cepat pergi sejauhnya dari sana.

Gue nggak sanggup melihat ekspresi sedih Seungmin. Gue enggak mau melepas Seungmin gitu aja, tapi apa boleh buat, kayaknya Tuhan emang enggak mengeizinkan Seungmin buat gue.

Gue menghela nafas berat dan bergegas menuju halte terdekat, kemudian menyembunyikan diri dari Seungmin dengan beberapa orang yang berada di sekitaran halte yang juga sedang menunggu bus datang.

Gue sedikit menengok ke arah cafe—tempat di mana gue memutuskan hubungan dengan Seungmin beberapa menit yang lalu.

Di detik berikutnya, Seungmin keluar dari cafe dan terlihat kebingungan sambil menengok kanan dan kiri.

Karena kebodohan gue menengok tadi, tatapan kami pun bertemu.

Seungmin bergegas berlari ke arah gue, gue yang panik segera menerobos masuk dalam bus yang kebetulan memang datang tepat waktu.

Gue nggak mau Seungmin nahan gue, gue enggak mau dia merusak pertahanan gue dalam sekejap...

Gue langsung mendudukkan diri di bangku bus dengan nafas yang memburu— beruntung sebelum Seungmin sampai di halte, bus sudah melaju.

Layaknya di drama-drama dan sinetron, gue melihat Seungmin berlari mengikuti bus yang gue naiki.

"Gue enggak pantas dikejar kayak gitu sama orang baik kayak lo, Seungmin," ucap gue dengan lirih.

Sampai akhirnya Seungmin hilang dari pandangan, gue pun kembali duduk dengan tenang. Kemudian memasang earphone di kedua telinga gue dengan volume hampir full.

Gue enggak galau kok, gue udah memikirkan semua ini dengan matang. Gue yakin, pilihan gue tepat.

Sekitar 15 menit akhirnya sampai dipemberhentian berikutnya, yang mana mengharuskan gue segera turun dari bus ini.

Gue yang ingin keluar, terhalang oleh seseorang yang ternyata duduk di sebelah gue. Seorang cowok dengan piercing banyak di telinganya serta rambut yang di warna terang— seterang rumput segar di belakang rumah gue.

Anjir, preman nih?

Serius, gue baru sadar kalau ada orang juga duduk di sini????

Gue melihat sekitar, bus nggak penuh-penuh banget, malah masih ada beberapa bangku tersisa, tapi kenapa orang ini memilih duduk di samping gue?

Cowok yang juga lagi make earphone itu mejamin mata, entah tidur atau cuman sekedar mejamin mata— gue juga nggak tau.

"Manis," adalah kata yang keluar dipikiran gue ketika liat paras cowok itu, walau awalnya gue salah fokus dengan telinganya, tapi kalau dilihat-lihat cowok ini manis banget, kayak akang akang Bandung.

Huh, ini tuh namanya reflek manusiawi ya.

Gue menatap cowok itu dengan intens, entah kenapa mukanya enak banget dilihat sampai gue nggak sadar kalau bus sudah melaju lagi ke pemberhentian berikutnya.

Gue pasrah, sebenarnya sedikit enggak tega juga ngebangunin cowok manis ini, soalnya cowok itu kelihatan pulas banget tidurnya.

Gue kaget, cowok itu tiba-tiba membuka kedua matanya. Dia ikutan kaget dan langsung menengok ke gue.

Mukanya aib banget sumpah.

Tapi gemes...

Selama beberapa detik kami berdua cuman saling pandang— kalo gue tentu saja menikmati moment ini untuk menatap wajah manisnya.

Kapan lagi gue bisa liat muka manis kayak gini coba. Apalagi gue udah punya calon, kesempatan nyegerin mata sepertinya akan sedikit hehe.

Gue merasa sedikit aneh, cowok ini kenapa nggak ngalihin pandangannya? Malah kelihatan kayak gue— sama-sama menikmati moment kayak gini. Apa cuman perasaan gue aja?

Merasa ini nggak beres, akhirnya gue memalingkan wajah gue ke jendela untuk menunggu bus berhenti.

Setelah bus sampai di pemberhentian, gue langsung turun. Niatnya mau jalan aja pulang ke rumah. Bodoh banget gue lupa bawa dompet, mana handphone gue juga tiba-tiba mati.

"Hoi," gue mendengar seruan di belakang gue— entah seruan itu ditujukan kepada siapa, yang pasti gue nggak terlalu perduliin hal itu.

Entah cuman perasaan gue, atau emang ada seseorang yang merhatiin gue dari tadi? Gue merasa diikuti seseorang.

Sebenarnya, di jalan yang nggak terlalu sepi kayak gini wajar jika ada yang berjalan di belakang gue, tapi entah kenapa feeling gue enggak enak.

Awalnya gue enggak begitu perduli, tapi lama kelamaan gue beneran merasa diikut, gue mencoba masuk ke dalam sebuah gang yang lumayan kecil sebagai umpan, ternyata memang benar ada yang mengikuti gue.

Gue berdecak, meraih botol parfum dari tas— bersiap menyemprotkannya jika-jika yang mengikuti gue berniat jahat— yah, gue nggak tau juga bakal mempan atau enggak, tapi nggak ada salahnya mencoba 'kan?

Gue berbalik dengan tiba-tiba, dan bingo! Orang itu hampir aja menubruk gue kalo aja gue nggak menyingkir ke samping.

Orang itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh tersungkur. Gue mendengus, hampir menginjak tangan orang itu, tapi setelah gue sadar bahwa orang itu adalah orang yang sama saat di bus tadi akhirnya gue mundur selangkah. Membiarkannya berdiri kembali dengan ringisan serta cengiran yang canggung.

"hai?"

Hai?????????????

Ini cowok kenapa deh? Bukannya minta maaf, malah say 'hai'?

Gue tanpa mengatakan sepatah katapun berjalan menjauh keluar dari gang kecil tersebut. Ternyata cowok itu masih tetap mengikuti gue, kemudian menepuk bahu gue pelan.

Gue menengok dengan tatapan sinis. Ternyata di balik muka manisnya, cowok ini aneh banget.

"lo Darlian kan?"

Hah?

Gue enggak merespon. Terlalu kaget, karena seorang stranger tiba-tiba menyebut nama gue. Gue bahkan baru aja bertemu cowok aneh ini beberapa menit yang lalu.

Gue lagi-lagi memutuskan untuk mengabaikannya, tapi kali ini dia menarik tangan gue.

"Apaan sih!?" Pekik gue, bersuara setelah beberapa saat.

Cowok itu senyum.

"Nyokap lo belum ngasih tau muka calon suami lo ya?"

Ha?

FREAKY | Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang