Double update nih.....
Gue bingung, biar cerita gak ngegantung emang begimana si woi keknya ga sreg kalo ga ngegantung gue bikinnya😭
Dah lah, vote komen pokoknya kalau gak gue ngambek :<
$$$
Gue terbangun karena mendengar suara air yang menetes, pandangan gue langsung terarahkan pada tangan yang sedang memerah sesuatu. Gue melirik jam dinding, ternyata sudah pukul setengah dua malam.
"Hyunsuk..." panggil gue dengan tangan yang mencoba meraihnya.
Orang yang gue pikir Hyunsuk itu mendekat dan meletakkan kain pada jidat gue, tangan hangatnya mengambil tangan gue kemudian digenggamnya.
Gue mengerjap, masih bingung apa gue terbangun dalam mimpi atau memang sudah terbangun di dunia nyata.
"Darl?"
Suara itu nampaknya terlalu nyata dipendengaran gue, perlahan wajahnya terlihat jelas, itu beneran Hyunsuk.
Tanpa sadar air mata gue mulai menetes, gue nggak sekuat itu, sakit banget, gue enggak sanggup, gue udah tau semuanya...
Noa bilang semuanya ke gue, Noa bilang Hyunsuk masih sering ketemu Sua. Noa bilang Hyunsuk masih punya hubungan sama Sua...
Gue melihat wajah panik Hyunsuk, ia memegangi pipi gue, "Darl? Hey, Kamu kenapa nangis?"
Gue menepis dan melepaskan tangannya lalu memalingkan wajah. Gue enggak mau ngomong sama Hyunsuk, rasanya terlalu menyakitkan.
"Darl, maafin aku..."
"Kamu dari kemarin nyari aku ya? Maafin aku udah ngilang gak ngasih kabar..."
Gue semakin memiringkan badan gue memunggungi Hyunsuk.
"Darl, kemarin aku pulang ke Bandung—"
Gue berbalik dan nyaris duduk, "Lo jangan bohong, gue udah tau!"
"Aku nggak bohong, Beomgyu sakit."
"Lo kira gue bakal percaya? Lo gak usah bohongin gue terus! Lo jangan jadiin adek lo sebagai alasan!"
Hyunsuk meraih tangan gue lagi, "Darl, aku gak mungkin bohongin kamu!"
Gue melepas paksa tangannya, "bullshit! Dari awal lo emang udah bohong sama gue. Keluar lo dari kamar gue."
"Tapi Darl—"
"KELUAR!" Gue berteriak sambil menutupi telinga gue yang mendadak berdengung.
Bukannya keluar Hyunsuk malah menahan bahu gue dengan kedua tangannya, lagi-lagi gue menepis tangannya. "Jangan pegang gue! Lo jahat!"
"Darl—"
"KELUAR!!!!"
Gue mulai menangis dan berteriak dengan kencang sampai-sampai kak Gon berlari dengan panik ke kamar gue.
"Dek, astaghfirullah, kamu kenapa!?"
Hyunsuk malah memeluk gue, gue tetap memberontak dengan memukul Hyunsuk berkali-kali dalam dekapannya.
Gue kacau, gue nggak bisa berpikir dengan jernih. Gue takut banget.
Hyunsuk semakin erat memeluk gue begitu juga dengan tangis gue yang semakin deras, gue nggak bisa ngontrol emosi gue.
Gue takut... gue takut Hyunsuk ninggalin gue...
Dari tadi Hyunsuk terus meminta maaf di telinga gue yang membuat gue perlahan menjadi tenang kembali. Ini aneh, orang yang membuat gue ketakutan kayak gini malah bisa bikin gue jadi tenang kembali.
Rasanya gue pengen memberontak lagi, pengen neriakin Hyunsuk biar dia berhenti meluk gue dan menyuruh dia menjauh dari gue, tapi nggak bisa, gue nggak sanggup. Gue lebih nggak sanggup lagi kalau Hyunsuk sampai pergi dari gue...
Gue nggak bisa lepas dari Hyunsuk, gue sayang banget sama dia... pada akhirnya gue melemah dan berakhir menyandarkan kepala gue pada bahunya.
.
.
.Lagi-lagi gue terbangun karena mendengar suara tetesan air.
Tangan gue terasa sakit dan berat, gue berpaling ke kiri dan menemukan sebuah tiang dengan sebuah cairan yang menggantung. Gue mengangkat tangan gue dan melihat selang yang terhubung dengan tiang itu.
Apa gue di rumah sakit?
Gue berpaling ke kanan, ada seseorang yang tertidur dengan menggenggam tangan gue.
"Hyunsuk..." hampir gak ada suara yang keluar dari mulut gue.
Gue masih sakit hati banget sama Hyunsuk, gue nggak suka dibohongi, gue benci dibodohi, apalagi sama orang yang gue sayang.
Gue mengubah posisi gue memiring untuk mensejajarkan muka gue pada Hyunsuk yang tertidur dengan posisi pipi kanan menumpu pada kasur menghadap bagian atas gue.
Tangan gue tergerak untuk menyisipkan anakan rambut yang menghalangi wajahnya. Tidur Hyunsuk begitu tenang walau terlihat jelas kalau cowok itu kelelahan.
"Lo pasti capek jagain Sua ya... Hyunsuk, gimana bisa gue masih berdebar hebat walau udah lo bohongin kayak gini?" Ucap gue nyaris tak bersuara.
Tangan gue berpindah untuk mengelus pelan pipi Hyunsuk yang agak dingin dan memerah, "apa masih bisa gue berharap sama lo?"
Hyunsuk tiba-tiba bergerak, mata yang tampak lelah itu perlahan terbuka. Gue gelabakan, hampir menarik tangan gue dari pipinya tapi Hyunsuk lebih dulu menahannya dengan memegang ujung jari gue agar tetap berada di sana.
Untuk beberapa saat gue terkunci pada matanya, kami hanya saling tatap dalam diam. Gue nggak bisa menahan air mata gue tiba-tiba mendesak keluar,
"Darl..."
Gue menarik ke dua tangan gue kemudian berbalik lagi memunggunginya.
"Darl, jangan kayak gini please, maafin aku, aku harus apa biar kamu maafin aku?"
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan muncullah kak Gon dengan wajahnya yang tampak kelelahan.
"Adek? Udah bangun?" Kak Gon berlari kecil menghampiri gue.
"Masih pusing?"
Gue menggeleng, "kayaknya kak Gon yang pusing, maafin adek ya, dari kemarin adek ngerepotin terus... padahal kakak juga sibuk."
Kak Gon mengusap rambut gue, "kakak gapapa, adek cepet sembuh ya? Kalau disuruh makan tuh harus makan," wanti kak Gon.
Gue mengangguk pelan, kak Gon tiba-tiba melirik Hyunsuk yang membuat gue juga ikut meliriknya.
"Suk, lo jagain Lian lagi bisa 'kan? Gue mau pulang, belum mandi dari kemaren nih," ucap kak Gon.
"Kak, adek gapapa sendiri. Suruh aja dia jagain Sua lagi, pasti dari tadi kepikiran."
Mata Hyunsuk melebar, nampaknya hendak memprotes, tapi gue lebih dulu kembali berbicara,
"Raesung bentar lagi ke sini 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FREAKY | Choi Hyunsuk
Short Storygimana sih rasanya kalo dinikahin sama cowok aneh bin sinting? status; on going. ©hyunshock, 28th january 2018. #1;choihyunsuk (281218) #1;hyunsuk (280219) #1;ygtreasurebox #1;treasure (170420)