63

2.5K 535 80
                                    

Pilih dong,

Alurnya mau cepat atau lambat?

Kalau lambat kemungkinan bakal sampai 100an partnya... gak menjamin tapi wkwk bakal ngebosenin juga sih kayaknya kalau partnya kebanyakan huhu, komen yaaa! kalau ada saran juga boleh~

$$$

Hembusan angin malam menusuk permukaan kulit, gue merapatkan kardigan tipis gue dan kembali mendongak untuk melihat ribuan bintang yang tersebar luas di langit.

Gue berharap ada bintang jatuh malam ini dan gue akan meminta sebuah keajaiban. Andai bintang jatuh benar-benar bisa mengabulkan permintaan...

Harapan gue cuman satu, gue berharap selamanya bisa sama Hyunsuk... apa itu terlalu sulit?

Setelah pernyataan papa tadi, gue menarik Hyunsuk untuk ke balkon kamar gue. Gue tau, Hyunsuk lagi kacau banget sekarang. Gue enggak peduli sama orang tua dan kakak-kakak gue yang menggedor pintu kamar gue.

Sejak tadi gue cuman diam dengan latar suara tangis Hyunsuk. Sakit sebenernya mendengar dia nangis kayak gitu, tapi gue rasa dia butuh itu buat luapin emosinya.

Kalau kalian tanya kenapa gue gak nangis, gue cuman lagi berusaha untuk gak nangis. Gue terlalu pusing untuk sekedar nangis, gue yakin semua ini bukan akhir bagi gue dan Hyunsuk.

"Darl,"

Panggilan itu membuat gue menoleh, menatap wajahnya yang tampak sembab.

Gue terkekeh dan mendekati Hyunsuk lalu memegang pipinya, "pipi kamu dingin banget," gue meniup kedua tangan gue sambil menggosok-gosokkannya kemudian menangkup wajah Hyunsuk.

"Jangan nangis terus dong," ucap gue yang malah membuat Hyunsuk semakin menangis.

Melihat Hyunsuk yang terisak membuat gue mati-matian menahan tangis, gue gak tega liat Hyunsuk sesedih ini. Akhirnya gue menarik Hyunsuk kepelukan gue dan menyandarkan kepalanya pada bahu gue.

"Aku gak bakal pergi," ucap gue sambil menepuk-nepuk punggungnya, membiarkan Hyunsuk tetap menangis kalau itu membuatnya lebih baik lagi.

"Sekarang kita gimana?" Tanya Hyunsuk setelah tangisnya mereda.

"Kita tetap kita, Hyunsuk. Gak bakal ada yang berubah."

Hyunsuk hampir melepas pelukan gue, "T-tapi sebulan lagi kamu nikah sama—" gue sekali lagi menarik Hyunsuk agar tetap berada dipelukan gue.

"Enggak, aku nggak akan mau. Aku nikahnya sama kamu. Cuman sama Hyunsuk. Darlian nikah cuman sama Choi Hyunsuk seumur hidupnya," ucap gue meyakinkan Hyunsuk.

"Darl..."

"Iya sayang?"

"Kenapa kamu kayak gini?" Pertanyaan dingin dari Hyunsuk membuat gue terdiam.

"Kamu gak mau nanya perihal perjodohan kita karena aku itu?" Tanya Hyunsuk lagi.

"Kamu kenapa gak nangis? Kenapa kamu tahan semuanya? Kenapa kamu gak marah?"

"Aku nggak akan tanya alasan kenapa kita dijodohin, sekarang itu udah nggak penting buat aku. Kamu sayang aku dan gak mau kehilangan aku itu udah lebih dari cukup."

"Aku gak nangis karena aku pikir hal ini terlalu buang-buang waktu kalau ditangisin, aku harus mikirin rencana biar semua yang udah papa susun hancur."

Gue memegang kedua lengan Hyunsuk dan menariknya agar gue bisa melihat wajahnya, "Hyunsuk, kamu gak boleh berlarut dalam kesedihan terlalu lama. Aku masih di sini, di depan kamu. Selamanya akan terus kayak gitu."

"Udahan yuk nangisnya?" Bujuk gue.

Hyunsuk menatap gue dengan mata berairnya, "kamu beneran gak bakal ninggalin aku 'kan?"

Gue tersenyum dan mengangguk, "kamu juga gak akan ninggalin aku 'kan? Kita berjuang sama-sama."

Hyunsuk mengangguk, "kamu gak mau nangis juga, Darl? Aku pinjemin dada aku buat kamu nangis sepuasnya, jangan di pendem ya? Keluarin aja semuanya," ujar Hyunsuk.

Gue ketawa geli, "enggak, kapan-kapan aja."

"Kamu beneran gapapa?"

Gue mengangguk sambil tersenyum.

"Kamu bohong."

Gue mendekap lengan Hyunsuk, "nggak bohong ih, ngapain bohong coba! Aku baik-baik aja, beneran."

"Masuk ke dalam yuk, nanti masuk angin kelamaan di luar," gue membawa Hyunsuk kembali masuk ke dalam kamar.

Bohong kalau gue baik-baik aja karena semuanya. Gue cuman nggak mau melihat Hyunsuk terlalu bersedih, hati gue sakit banget liatnya.

Maaf Hyunsuk...

FREAKY | Choi HyunsukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang