Empat Puluh Empat

2.2K 305 376
                                    

He is gone

Sebab keadaan menyulitkan kita untuk saling bicara, maka aku cuma bisa menyampaikannya di sini. Dan asal kamu tau, aku selalu berdoa semoga kamu dalam keadaan yang baik. Meskipun keadaan sempit ini nggak berhenti merundung jiwa-jiwa yang salah seperti kita.

Mungkin ini adalah cara Allah menghukum kita karena telah gagal, Mas...

Aku gagal jadi istri.

Kamu gagal jadi suami.

Dan ... kita juga gagal jadi orang tua.

Dulu kita menyambut Tasya ke dunia sama-sama, dalam haru penuh bahagia, tapi karena banyaknya kesalahan yang kita perbuat pada anak-anak, Tuhan seolah nggak mengizinkan kita untuk menemani Tasya kembali ke pangkuan-Nya yang suci.

Dia pulang sendirian. Tanpa kita. Tanpa orang yang dulu membawanya ke dunia.

Deg

Di kata itu Dharma berhenti, hatinya mencelus berujung gelisah.

Ia masih bisa mengerti makna dari kalimat pulang yang dimaksud di Sania. Ditambah saat ia meneruskan membacanya.

Batin aku hancur karena sesal yang luar biasa. Kita benar-benar perlu ampunan karena keegoisan dan kesalahan kita membuat anak-anak ikut menderita, Mas.

Pernah kamu pikir seberapa hampanya Tasya yang dari kecil mencari kasih sayang ayahnya? Atau ... pernah kamu pikir seberapa berantakannya Hulya yang selalu kamu program seperti robot untuk mewujudkan semua kemauan kamu?

Apa pernah kamu mengingat semua kesalahan yang kamu perbuat sama Tasya dan Hulya? Sekalipun Hulya lebih sejahtera hidup sama kamu sedari lama, tapi aku sulit percaya dia bahagia.

Luka-luka itu ada pada mereka, Mas. Tapi kita nggak pernah tau sedalam apa atau bahkan ... nggak peduli sama sekali.

Aku rasanya mau menampar diri sebanyak-banyaknya karena dulu sedikit sekali menyisakan waktu buat Tasya. Pikiranku keliru; aku kerja mati-matian supaya bisa menghidupi dia, tapi aku nggak pernah merayakan perasaannya.

Sering aku tolak ajakannya di akhir pekan karena sudah terlalu lelah di hari kerja. Memasak masakan kesukaannya aja sering aku jadikan bahan keluhan di malam hari.

Bahkan setiap hari ulangtahunnya, dia nggak memotong kuenya. Dia ... menunggu aku pulang sampai tidur di ruang tamu karena terlalu larut malam.

Aku juga pernah sejahat itu sama Tasya karena menghidupi dia dengan bayang-bayang Hulya yang hilang. Sesakit itu, Mas.

Dharma menelan salivanya. Meski hanya sekedar rentetan abjad berwujud kalimat, ia bisa merasakan emosi Tasya yang tumpah pada lembar ini.

"Yah, aku boleh ambil komik ini nggak?"

"Enggak. Taruh lagi di tempatnya."

"Tapi aku nggak mau ikut OSN. Karena kelas tambahan buat bahasa nanti bisa jarang aku ikutin."

"Harus mau. Atau kamu mau nggak sekolah lagi? Kelas bahasa itu nggak penting, kamu nggak bakal dapat piala dan sertifikat yang berharga di sana."

HULYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang