Dua belas

2.3K 378 205
                                    

H U L Y A
━━━━━━━⊰✿🌹✿⊱•━━━━━━━
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.

(QS. Al-Insyirāh: 6)

Pernah dengar istilah medis bernama Brain Fog? Ya, brain fog atau kabut otak adalah kondisi di mana seseorang merasa sulit untuk berkonsentrasi, tidak bisa fokus memikirkan atau mengingat suatu hal secara tiba-tiba. Contohnya saat kita berniat ke dapur untuk mengambil pisau, namun saat sudah tiba di dapur mendadak lupa hendak melakukan apa. Blank.

Kata Nayla, sembilan puluh persen mahasiswa juga sering terserang brain fog jika sudah dihadapkan dengan kuis dadakan seperti sekarang ini. Dan Hulya rasa ia sedang terserang brain fog.

Pena hitam yang terapit di antara jemari semakin erat digenggam seiring dengan otak Hulya yang bekerja tiga kali lebih cepat untuk mengingat materi minggu lalu. Dari sepuluh soal kuis, baru enam yang terjawab. Itu pun dua di antaranya memiliki jawaban yang beranak pinak. Alhasil waktu yang termakan lebih banyak.

Sekilas gadis berhijab abu itu mengedarkan pandangan. Kepala teman-temannya yang lain tertekuk, dengan menggebu-gebu jemari mereka sibuk menari di atas kertas. Seolah-olah rentetan kalimat jawaban sudah tertata rapi di otak mereka. Hulya menghela napas panjang ketika rasa minder menerpa dirinya sebab merasa otaknya tak seencer anak yang lain.

Nayla yang duduk di depan tampak tak tenang; posisi kakinya selalu berubah-ubah tiap semenit sekal. Sepertinya cukup tertekan dengan mata tajam Pak Risman yang menyorot satu ruangan.

"Waktu habis. Silakan kumpulkan," kata Pak Risman yang sukses membuat Hulya kalang-kabut di tempat.

Ia sempatkan lagi membaca salah satu soal. Dan ajaibnya, di saat akhir-akhir seperti ini lah ingatannya malah lancar jaya.

Buru-buru ia tulis jawabannya sembari menunggu anak lain yang sekarang satu per satu mulai maju ke depan untuk mengumpulkan kertas kuis.

Tapi Hulya harus kembali oleng tatkala Pak Risman mengganti slide presentasi sambil berujar, "Ini hasil nilai UTS minggu lalu. Untuk yang merasa nilainya aman, boleh bersenang hati. Dan yang merasa nilainya kurang, boleh bersenang hati juga. Sebab Jum'at pagi kalian akan ikut seminar.

"Silakan datang ke auditorium jam sepuluh pagi. Tugas kalian membuat berita hasil seminar."

Ucapan tersebut macam angin lewat saja di telinga Hulya. Tanpa tahu kini Pak Risman menatapnya.

"Untuk penanggung jawab tugasnya, saya percayakan pada mahasiswi berhijab abu yang duduk di baris kedua dan masih asik menulis."

Deg

Merasa terpanggil; refleks Hulya melepaskan pulpennya dan mengangkat kepala. Secara tak langsung dosennya itu menegur dirinya, kan? Dan itu juga artinya nilainya tak aman. Hulya meringis malu saat semua mata tertuju padanya. Bahkan Nayla yang sedang membereskan alat tulis tak segan tertawa.

Dengan pasrah ia kumpulkan kertas tersebut. Dua soal belum terjawab dan yang sudah terjawab pun belum tentu benar. Mari lihat apa yang terjadi pada nilainya nanti.

"Ya, lo langsung balik atau mau ngumpul dulu bareng anak LDK? Gue udah dijemput nih. Nebeng?" tanya Nayla ketika keduanya berjalan keluar kelas.

Kepala Hulya hanya menggeleng lemas. Baru sadar jika dalam hati saat mengetahui salah satu nilai UTS nya minggu lalu ada yang kurang.

"Makasih, Nay. Duluan aja. Aku mau ke perpustakaan dulu, kembaliin buku. Pulangnya juga mau mampir ke toko kain."

"Bener nih?"

HULYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang