Sebelas

2.4K 391 211
                                    

H U L Y A
━━━━━━━⊰✿🌹✿⊱•━━━━━━━
“Jangan pernah meremehkan kebaikan, bisa jadi seseorang itu masuk surga bukan karena puasa sunnahnya, bukan karena panjang shalat malamnya. Tapi bisa jadi karena akhlak baiknya dan sabarnya ia ketika musibah datang melanda.”

[ KH. Maimun Zubair ]

Seringkali manusia tak menyadari jika hampir setiap hari sering mendzalimi diri sendiri dari berbagai macam aspek. Baik dari jam tidur yang sering dipakai begadang untuk hal-hal tak penting, makan secara berlebihan, malas merawat dan membersihkan tubuh, mengubah anggota tubuh tanpa alasan syar'i, malas berolahraga ataupun hal-hal lainnya.

Mengingat tubuh pun adalah titipan Sang Maha Esa yang luar biasa. Tentu manusia sudah sepantasnya merawat dan menysukuri apa yang telah di takdirkan.

Hulya sudah sering menghapalkan teori di atas pada akhir pekan agar tak terlena pada kasur aja yang terlihat semakin menggoda dan berakhir menyetujui ajakan syetan untuk bermalas-malasan.

Dan minggu ini ia sengaja mengajak ibunya melakukan olahraga super simpel yang menyimpan banyak manfaat. Salah satunya melepas hormon endorfin yang bisa meningkatkan semangat dan menciptakan perasaan positif terhadap diri sendiri. Cocok sekali kan untuk Hulya yang menderita penyakit overthinking?

Bagi sebagian orang, jogging mungkin ada di salah satu list of activities to do on weekends. Sebenarnya Hulya juga, tapi sayangnya semakin kesini intensitas rutinitas itu semakin jarang terealisasi karena satu dua hal yang membuatnya tak sempat.

"Mama..." Nafas gadis itu sedikit tersenggal ketika berhasil menemukan ibunya di antara keramaian orang yang sedang menyaksikan puluhan ekor ikan di saluran air.

Amira menoleh pada anaknya, sedikit kaget lalu terkekeh. "Ini pasti gara-gara kamu kebanyakan rebahan kan? Masa iya ngejar mama yang udah setengah umur aja nggak sanggup?"

"Mama cepet sih larinya?" tanya Hulya yang heran karena sejak tadi ibunya ini punya kekuatan ekspress tersendiri untuk berlari.

"Mama kira ada apa rame-rame di sini, eh taunya pada lagi kasih makan ikan koi. Mama baru tau loh ini di GBK ada beginian. Liat tuh, banyak banget, kan?"  Telunjuk Amira tertuju pada ikan-ikan tersebut.

Manik Hulya ikut menelusuri saluran air yang ada di kawasan lingkar luar Stadion Utama Gelora Bung Karno. Banyak sekali ikannya! Anak-anak bahkan berjongkok sambil melempar potongan kecil roti atau makanan ke dalam kolam, sorak gembira langsung terdengar saat pasukan ikan bergerombol di satu titik yang sama untuk berebut makanan.

Selain sinar matahari yang memancarkan kehangatan, momen di depan mata Hulya sekarang ini berhasil membuat hatinya juga menghangat. Senyum dan tawa riang anak-anak itu bagaikan seruan yang menyadarkan dirinya akan satu hal; kadang kita tak butuh sesuatu yang mewah atau mencapai target dengan bermacam ekspetasi yang tinggi untuk bahagia. Bahagia itu, bagaimana cara kita mengartikan dan mensyukuri hal kecil yang ada di sekitar. Sesederhana itu.

"Kalo kamu ada jam kuliah siang atau mungkin weekend depan, kita lari pagi di sini lagi ya?"

"Mau nggak ya?" Hulya  berlagak berpikir sejenak. "Hm, kayaknya enggak deh. Soalnya pas turun dari motor mama langsung ilang. Aku kelimpungan ditinggal sendirian. Mana tumbler dibawa mama. Haus banget nih jadinya," kata Hulya sembari menghapus keringat di dahi.

Bayangkan saja, Hulya sudah panik ibunya hilang duluan. Apalagi ini stadion bukan hanya terbesar se-Jakarta saja, namun menjadi sadion sepak bola asosiasi terbesar ke-7 di dunia. Terbayang kan semana luas dan megahnya? Lalu bagaimana ia tak kepayahan mencari ibunya ke sana-sini?

HULYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang