Dua Puluh Tiga

2.9K 404 227
                                    

H U L Y A
━━━━━━━⊰✿🌹✿⊱•━━━━━━━
There is no joy for one who doesn't endure sorrow, no pleasure for one who has no patience, no pleasure for one who doesn't experience suffering, and no rest for one who can't endure fatigue.

Ibn Qayyim Al Jauziyah 

"Kardiomiopati dilatasi."

"Pembesaran atau melebarnya ruang bilik jantung kiri. Alhasil dinding otot jantungnya menjadi lebih tipis. Kondisi ini menyebabkan melemahnya jantung, sehingga kemampuannya dalam memompa darah ke seluruh tubuh berkurang."

Penuturan dokter jantung itu berhasil membuat Sania bergerak gusar di kursinya.

Hari ini hasil pemeriksaan Tasya sudah keluar dan dokter pun langsung menyampaikan pada pihak keluarga. Berhubung Dharma masih di jalan pulang, jadilah pagi ini Sania yang wajahnya masih pucat itu memaksakan diri datang kemari ditemani Hulya.

"Terus apa langkah terbaik buat anak saya? Dia masih bisa sembuh, kan?" tanya Sania dengan raut yang khawatir sekaligus takut.

Dokter tersebut menghela napas sejenak. Terlihat agak berat hendak menjawabnya.

"Kardiomiopati tidak bisa disembuhkan, Bu," katanya.

Ucapan itu langsung membuat Hulya dan Sania bersitatap tegang.

Ini ... mereka tak salah dengar, kan?

Siapapun tak mau hidup berdampingan dengan penyakit. Jujur, Hulya tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Tasya jika mengetahui ini.

"Tapi bukan berarti tidak ada harapan. Kondisinya masih bisa dikendalikan dengan obat-"

"Maksudnya gimana? Sampai kapan anak saya harus minum obat? Seumur hidupnya gitu?" Sania tiba-tiba menyela dengan suara menahan marah.

Cepat-cepat Hulya memeluk wanita itu dan mengusap bahunya sambil berbisik, "Ma, mama tenang dulu."

"Mana bisa tenang, Ya? Anak mama ... anak mama begini ... " balasnya pelan disertai air mata yang mulai membasahi pipi."Tasya anak baik ... dia nggak seharusnya dapat cobaan seberat ini."

Sayangnya kita tak bisa memilih skala cobaan yang datang pada dirinya. Hendak berat, ringan ataupun sedang, kita cuma perlu menjalani tanpa berhenti berikhtiar. Karena akses pertolongan Tuhan akan selalu ikut serta di dalamnya.

"Bu, sejauh ini belum perlu tindakan semacam operasi atau apapun karena ini masih ringan. Nanti kami akan meresepkan obat-obatan untuk meningkatkan kemampuan jantung memompa darah, meningkatkan aliran darah, menurunkan tekanan darah serta lainnya."

Hulya mengangguk paham. Yah, setidaknya tetap ada jalan lain untuk mengusahakan Tasya baik-baik saja.

"Tapi harus diingat juga. Pola hidupnya harus benar-benar diperhatikan, jaga berat badan ideal, kelola stress dengan baik. Ini semua bisa membantu jantung Tasya untuk menurunkan resiko komplikasi penyakit lainnya."

Semua yang diucapkan dokter tersebut rasanya tak berarti apa-apa pada Sania. Ia makin dalam terisak.

Hulya paham, hampir seluruh ibu di dunia mungkin akan bereaksi yang sama seperti Sania sekarang jika berada di situasi ini.

Tapi mau bagimana lagi?

Memang manusia punya kuasa sebesar apa untuk menolak satu perkara yang datang dari Dzat Penuh Kuasa itu sendiri?

Sama seperti Hulya yang dulu mengetahui ibunya yang sakit-sakitan. Bukan sekali dua kali ia mengeluh pada Allah, mempertanyakan mengapa harus ibunya, padahal saat itu Amira sudah cukup hancur dengan persoalan rumah tangga tangganya.

HULYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang