(Bismillah...)"Alhamdulillah nyimas, kita sudah sampai diperbatasan wilayah Padjajaran.." ujar Raden Kian Santang sambil menyunggingkan senyumnya.
Raden Kian Santang melihat kearah Kianara yang tengah berjalan pelan sambil memperhatikan sekeliling hutan wilayah padjajaran.
"Kalau begitu, ayo kita lanjutkan perjalanan..!!" Seru Kianara kemudian.
Raden Kian Santang lalu mengangguk.
Raden Kian Santang dan juga Kianara akhirnya melanjutkan perjalanan mereka. Seperti biasa, Raden Kian Santang akan memimpin jalan dan Kianara yang ikut dibelakangnya sambil mengedarkan pandangan kesekelilingnya.
Tak lama kemudian, Kianara mempercepat langkahnya untuk mensejajarkan langkahnya dengan Raden Kian Santang.
"Raden.. "
Raden Kian Santang segera menoleh dan melihat Kianara yang sudah berjalan sejajar disampingnya.
"Ada apa, nyimas??"
Kini mereka sudah berjalan beriringan. Kianara terlihat menatap lurus kedepan, begitupun Raden Kian Santang.
"Aku sering mendengar cerita dari ibu ku, tentang kehebatan dirimu.." Kianara melihat kearah Kian Santang yang kelihatannya tampak tenang sambil mendengarkan penuturannya.
"Ibu ku mengatakan, bahwa kau adalah seorang yang terkenal dengan ilmu kanuragan yang tinggi.. selain itu, ibu ku juga pernah mengatakan bahwa kau, memiliki kepribadian yang sangat baik."
Raden Kian Santang menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil.
"Setiap orang, pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.. begitupun juga diriku."
Kianara menatap Raden Kian Santang sekilas. Ia dapat melihat sorot mata tenang dari Raden Kian Santang. Setiap kata yang dikeluarkannya begitu sejuk didengar. Ucapannya seakan-akan berasal dari hatinya. Raden Kian Santang juga terlihat begitu bijaksana dan juga berwibawa.
Kianara menarik napas pelan kemudian mengangguk kecil.
"Raden.. apa kau memiliki seorang murid??"
"Untuk saat ini, aku tidak memiliki seorang murid. Memangnya ada apa, nyimas??"
Kianara terlihat mengembangkan senyum kecilnya. Ia kemudian berjalan cepat dan berdiri dihadapan Raden Kian Santang.
"Kalau begitu jadikan aku murid mu!!!"
Langkah Raden Kian Santang terhenti. Ia kemudian meletakkan kedua tangannya dibelakang punggungnya. Wajah Raden Kian Santang terlihat bertanya-tanya.
"Mengapa kau ingin menjadi murid ku?? Aku bukanlah orang yang sakti mandraguna. Lagipula, sepertinya aku belum layak menjadi seorang guru.."
Kianara menggeleng mendengar penuturan Raden Kian Santang.
"Jangan terlalu merendah, Raden. "
Kianara berjalan pelan kearah sampingnya sambil sesekali menarik napas pelan.
"Tanpa kau sadari, aku sudah banyak mengetahui tentang dirimu.. aku bukanlah orang yang sembarangan dalam memilih guru. Sebelumnya aku akan menyelidikinya terlebih dahulu kemudian baru kuputuskan siapa yang layak ku jadikan sebagai seorang guru. jadi, terimalah aku sebagai murid mu.." ujar Kianara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)
FanfictionPerjalanan seorang pangeran kerajaan besar di tataran pasundan membawanya menuju kubangan permasalahan yang tak kunjung habisnya. Kejahatan terus mengintai mengancam setiap orang terkasih. Pengorbanan dan perjuangan menjadi bumbu dasar disetiap uji...