"Assalamu'alaikum warohmatullah..
Salamu'alaikum warohmatullah..."Kian Santang menengadahkan tangan dan wajah dengan memohon penuh harap. Tidak ada yang dapat ia lakukan selain berdoa. Ia sandarkan harapan dan pintanya hanya kepada Allah, sang pemilik jiwa. Yang mengetahui isi hati dan keinginan hamba-Nya.
Kian Santang begitu larut dalam dzikir dan doanya sehingga tak sadar bahwa sedari tadi ada yang sudah memantaunya, bersiap melepaskan pisau belati ke arah Kian Santang.
Syrtttt!
"AWAS RAYI!"
"Astagfirullahal 'adzim! Yunda!" Kian Santang bergegas bangkit menghampiri Rara Santang.
"Apa yunda terluka?"
Rara Santang menggeleng cepat, "Tidak, rayi. Aku baik-baik saja. Kau baik-baik saja kan? Penyusup itu berusaha melukaimu."
"Alhamdulillah, aku baik-baik saja, Yunda."
"Sebaiknya kita kejar penyusup itu sebelum kehilangan jejak."
Kian Santang mengangguk cepat dan menyusul Rara Santang yang bergegas mengejar sekelebat bayangan yang berlari menjauh.
-KRKS-
Jari telunjuk Kianara bergerak pelan. Memberi tanda bahwa ia mulai sadarkan diri.
"A-yah-handa..." Kianara mengigau pelan membuat Surawisesa yang hampir tertidur akhirnya terjaga. Surawisesa lantas bangkit. Senyumnya merekah, senang.
"Kianara.. " Surawisesa bergegas menghampiri Kianara yang terlihat masih memejamkan mata.
"Kianara... Apa kau bisa mendengarku?"
"I-bun-da..." bulir-bulir keringat dingin mengucur pelan membasahi pelipis Kianara. Gadis itu terus bergumam menyebut ayahanda dan ibunda.
Tetiba wanita tua bersama Ratu Cempaka bergegas masuk menghampiri Kianara.
"Biar aku periksa keadaannya," ujar wanita tua itu.
"Baiklah, aku akan memanggil raka dan yundaku," Surawisesa akhirnya bergerak cepat keluar dari ruang pengobatan, lantas mencari keberadaan Kian Santang dan Rara Santang.
"RAKA! YUNDA!"
Langkah dua orang yang sedang berlarian terhenti. Keduanya lantas menoleh kearah Surawisesa yang terengah-engah mengatur napasnya.
"Raka, Yunda. Kondisi Kianara mengalami kemajuan. Sepertinya dia mulai sadarkan diri." seru Surawisesa antusias.
Mata Kian Santang seketika berbinar. Senyumnya mengembang. Ia lantas mengucap hamdalah. Di ikuti oleh Rara Santang.
"Sebaiknya kita melihat kondisi Kianara terlebih dulu. Lagipula kita sudah kehilangan jejak penyusup itu." ujar Rara Santang.
"Penyusup?" Surawisesa menatap keheranan.
"Nanti akan kujelaskan, rayi."
-KRKS-
Sudah tiga hari berlalu sejak wanita tua yang mengobati Kianara memasukkan racun kedalam tubuh gadis itu. Itulah cara yang ia maksud. Mengeluarkan racun dengan racun. Tapi sejak racun itu dimasukkan, tidak ada reaksi apapun yang terjadi pada Kianara hingga malam hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)
FanfictionPerjalanan seorang pangeran kerajaan besar di tataran pasundan membawanya menuju kubangan permasalahan yang tak kunjung habisnya. Kejahatan terus mengintai mengancam setiap orang terkasih. Pengorbanan dan perjuangan menjadi bumbu dasar disetiap uji...