7 - HILANGNYA RARA SANTANG

640 83 7
                                    


(Bismillah...)

Kianara membolak-balikkan tusukan paha ayam diatas perapian sambil memperhatikan bocah kecil disamping Raden Kian Santang yang terus saja mengisi sobekan daging ayam yang sudah matang kedalam mulutnya sambil terus berceloteh panjang lebar menceritakan kisah hidupnya.

Kianara sesekali membuang napas berat mendengar celotehan bocah itu. Bukannya malas menyimak, tapi Kianara merasa bocah itu tidak akan berhenti berbicara sampai nanti fajar tiba. Mulutnya itu seakan tidak bisa berhenti walau hanya semenit saja. Raden Kian Santang juga terlihat hanya tersenyum-senyum sambil sesekali mengangguk-angguk mendengar ceritanya.

Kianara membuang napasnya lagi. Entah sudah berapa kali ia membuang-buang napasnya. Ia tidak ingin merespon tapi tentunya kupingnya itu masih terpajang disana untuk mendengar cerita panjang lebar dari bocah kecil itu.

Danu. Itulah nama bocah itu. Ia mengatakan bahwa usianya sebelas tahun. Ia seorang anak yang ditinggal pergi ayah dan ibunya, artinya ia yatim piatu. Tidak tahu pasti penyebab kematian ayah dan ibunya. tapi yang ia tau, mereka meninggal dunia disaat usianya masih terbilang sangat belia.

Sejak itu, Danu diambil oleh pamannya. Hanya pamannya satu-satunya keluarga yang dia miliki. Tapi sayang, pamannya tidak memperlakukannya dengan baik. Sejak usia masih sangat belia, pamannya yang bernama Arram, itu selalu memaksanya bekerja untuk menghasilkan uang. Dan uang yang dihasilkan malah disalahgunakan oleh pamannya itu.

Semakin besar Danu semakin kuat. Diusianya yang masih belasan tahun ia sudah mampu mengangkat barang-barang berat yang hanya bisa diangkat oleh orang dewasa. Selain itu, ia juga mulai pandai dalam meramu obat-obatan karena sering melihat para tabib mengobati orang-orang didesanya. Hal itu semakin digunakan oleh Arram untuk memanfaatkan keponakannya itu.

Arram selalu bersikap keras pada Danu. Tidak jarang ia selalu memukul, menendang dan bahkan sampai menginjak Danu kalau ia tidak mau menuruti keinginannya. Semakin hari perlakuan Arram semakin kasar, Danu pun semakin tidak betah tinggal bersama pamannya. Selain tekanan batin, fisiknya juga semakin tidak kuat menahan semua penderitaan itu. Tapi untungnya Danu adalah anak yang kuat. Ia masih berusaha untuk tetap bertahan karena ia yakin, suatu saat nasib baik akan menghampirinya dan akhirnya semua itu terwujud. Ia bisa terbebas dari kehidupan keras itu setelah perjumpaannya dengan Raden Kian Santang.

"Lihatlah.. ini, ini, ini.. "

Danu memperlihatkan luka-luka lebam di area samping mata, lengan, pinggang dan sekujur tubuh lainnya.

"Astagfirullahal'adzim..."

Raden Kian Santang memperhatikan seluruh luka-luka lebam yang dimiliki oleh Danu dengan tatapan iba. Kianara disela-sela kesibukannya membakar ayam untuk hidangan makan malam mereka bahkan sampai mengangkat wajah dan menjulangkan lehernya keatas hanya untuk melihat luka-luka itu.

Kianara berdecak kesal. Dalam hatinya ia menggerutu perbuatan yang dilakukan oleh Paman itu terhadap keponakannya sendiri. Kianara lalu segera meletakkan tusuk daging ayam begitu saja dan bangkit berdiri mendekati Danu.

Ia duduk berjongkok disamping Danu sambil memeriksa luka-lukanya.
Danu melihat ngeri kearah Kianara yang menatapnya dengan sorot tatapan yang sangat tajam.

"Apa kau sudah mengobati sendiri luka mu??"

Danu menahan napasnya. Sedetik kemudian kepalanya terlihat naik turun.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang