42 - RACUN ARSENIK

616 96 62
                                    

NEW UPDATE !! Woah ....

Alhamdulillah, 😃
Akhir-akhir ini aku ngerasa excited banget nulisnya, dan hampir tiap hari update part baru. Gimana nih? Kalian seneng nggak?

Kalau aku sih seneng banget, 🤗

Oke deh, lanjut aja ya ....

HAPPY READING !! 🤗💚

|Bismillah.|

Kianarata mempercepat laju tunggangannya. Ia telah sampai di perbatasan wilayah Pajajaran.

Setelah memohon izin dan berpamitan kepada kedua orang tuanya, Kianarata akhirnya memutuskan segera pergi menyusul raden Kian Santang dan nyi mas Rara Santang. Ayahandanya prabu Antaraksa juga telah berpesan kepadanya agar segera kembali setelah menyelesaikan urusannya.

Kianarata tak lupa meminta doa restu ibundanya dalam perjalanannya itu.

"Teruslah berjalan di jalan kebenaran, ibunda akan selalu mendukungmu,"

Itulah ucapan terakhir dari sang bunda yang tak akan di lupakan oleh Kianarata. Dan baginya, mengikuti jalan raden Kian Santang adalah sebuah kebenaran dan ia tidak akan melepaskannya. Melalui perantara Raden Kian Santanglah, akhirnya ia mendapat kebenaran itu. Kebenaran tentang keyakinannya selama ini.

Derap langkah tunggangan Kianara terus menyusuri hutan Pajajaran. Ia memang tidak tahu pasti di mana keberadaan raden Kian Santang. Tapi ia akan berusaha mencarinya dengan mengandalkan telepatinya.

"Raden Kian Santang, di mana kau??"

ⓚⓡⓚⓢ

"Siapa kau? Mengapa kau melakukan hal ini kepadaku??" pria pedagang itu meracau tak karuan. Ia terduduk lemas. Tenaganya telah terkuras habis karena bertarung dengan seorang pemuda yang tak di kenalnya.

"Maafkan aku, paman. Aku melakukan ini bukan tanpa sebab. Aku hanya ingin menjalankan tugasku untuk menegakkan kebenaran dan keadilan," ujar Kian Santang.

"Hei, asal kalian tahu ya, dia adalah utusan dari Pajajaran. Dia yang akan menghukum kalian yang telah berbuat curang!!" bapak tua yang berada di sisi Kian Santang berseru dengan penuh semangat. Ia merasa senang karena pedagang curang itu telah di tangkap dan akan di adili.

Semua warga yang berkumpul di tempat itu terkejut mendengarkan seruan pak tua itu, begitupun pedagang yang telah berbuat curang itu.

"Ma ... Maafkan aku, raden. Tolong jangan hukum aku, jangan laporkan aku pada prabu Siliwangi!! Aku mohon!" ujar pria pedagang itu sambil mengatupkan tangannya di hadapan Raden Kian Santang. Meminta untuk di ampuni.

Kian Santang menggelengkan kepalanya. Ia segera membantu pria pedagang itu bangkit dari duduknya.

"Dengarlah kalian semua ...," Kian Santang menyeru kepada seluruh warga yang berada di tempat itu. Semua warga mengalihkan perhatiannya kepada Raden Kian Santang.

"Janganlah sekali-kali kalian berbuat curang, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala telah berfirman dalam surah al-mutaffifin, ayat 1-3 yang artinya : Celakalah bagi orang-orang yang curang (1). (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta di penuhi (2). Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi (3) ...,"

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang