43 - SATU DARAH

614 90 33
                                    

NEW UPDATE

Happy Reading guys!

|Bismillah.|


"PUTRAKU KIAN SANTANG!!"

Keringat dingin membasahi pelipis ratu Subang Larang. Ia berusaha mengendalikan laju napasnya yang memburu. Mimpi buruk baru saja hinggap di dalam tidurnya.

"Ada apa, Dinda?" prabu Siliwangi langsung terbangun dari tidurnya dan segera mengecek keadaan sang istri.

Ratu Subang Larang seketika melempar pandangan ke arah prabu Siliwangi dengan tatapan penuh kekhawatiran.

"Kanda, Dinda baru saja bermimpi buruk tentang putra kita Kian Santang. Apa terjadi sesuatu padanya? Dinda sangat takut, kanda," ujar ratu Subang Larang dengan suara bergetar.

Prabu Siliwangi segera mendekat ke arah istrinya dan menggenggam tangannya, memberi ketenangan.

"Tenanglah, Dinda. Itu hanya mimpi buruk, tidak akan menjadi kenyataan. Percayalah, putra kita Kian Santang akan baik-baik saja,"

Ratu Subang Larang segera memeluk tubuh suaminya, mencari ketenangan di sana. Ia berharap, apa yang di katakan suaminya itu benar. Ia hanya bermimpi, dan itu tidak akan menjadi kenyataan.

"Ya Allah, hamba mohon ... Lindungi putra hamba Kian Santang dan putri hamba Rara Santang, hamba tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada mereka," lirih ratu Subang Larang dalam batinnya.

ⓚⓡⓚⓢ

"Kianara? Kau ada di sini?" Rara Santang mengembangkan senyumnya melihat kehadiran Kianara.

Rara Santang baru saja mengambil wudhu dan akan melaksanakan sholat shubuh berjamaah dengan rayinya Kian Santang. Tapi ia di kejutkan dengan kehadiran Kianara yang sudah bersiap ikut sholat bersama mereka berdua.

"Kapan kau datang? Aku tidak melihatmu semalam," ujar Rara Santang sembari memperbaiki mukena yang ia kenakan.

Kianara tersenyum membalas sapaan hangat dari Rara Santang.

"Sebenarnya semalam aku sudah datang, nyimas. Aku juga sempat menanyakan keberadaanmu, dan raden Kian Santang mengatakan bahwa kau sudah tidur terlebih dahulu," ujar Kianara menjelaskan.

"Ya, kau benar, entah mengapa semalam aku sangat mengantuk dan tidur lebih cepat dari biasanya, tapi sudahlah, mungkin aku cukup kelelahan sehingga cepat mengantuk," Rara Santang berusaha mengusir keheranannya.

Tak lama kemudian, Kian Santang datang bersama Distapati. Mereka sama-sama melaksanakan sholat berjamaah di tempat yang sebelumnya telah di siapkan oleh Distapati.

Keempatnya kemudian berusaha sholat dengan khusyu, melupakan sejenak urusan duniawi dan sibuk menghamba kepada sang pencipta, pemilik alam semesta.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh, "

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,"

Salam terakhir menandakan sholat telah usai di laksanakan, di lanjutkan dengan dzikir dan do'a.

"Subhanallah, subhanallah, subhanallah,"

"Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah,"

"Allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar,"

Setelah menyelesaikan dzikir, raden Kian Santang memimpin do'a. Ia memohon kepada Allah, untuk keselamatan dirinya dan keluarganya dari segera fitnah dan keburukan dunia dan akhirat. Ia juga memohon kepada Allah untuk mengampuni dosanya, dosa keluarganya, dan kaum muslimin lainnya, ketika mereka menjumpai yaumul hisab (hari perhitungan amal) nantinya.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang