32 - PEMBUNUH BERDARAH DINGIN

460 82 16
                                    

NEW UPDATE!! 😃😀

Maaf ya kemaleman.. 😊



Happy Reading!! 💚💚


|Bismillah. |


"Keponakan ku, Raden. Su-rawisesa!!"

Surawisesa seketika menoleh kebelakang dan mendapati pamannya, Amuk Marugul yang datang memasuki wismanya.

"U-uwak??"

Masih dengan raut wajah yang terkejut, Surawisesa bergegas menghampiri Amuk Marugul.

"Sejak kapan uwak datang??" ujar Surawisesa menyambut Amuk Marugul dengan pertanyaannya.

"Baru saja keponakan ku.."

"Uwak, apa uwak sudah tahu apa sedang terjadi di Padjajaran?? Uwak... Ibunda telah ditawan di Kumpar Putih. Kita harus melakukan sesuatu" seru Surawisesa.

"Ya. Ya. Ya. Tenang lah keponakan ku, tenang!! Uwak mu ini memakai datang kesini untuk hal itu. Uwak sudah memikirkan rencana untuk menyelamatkan ibunda tercinta mu Ratu Kentring Manik..." jelas Amuk Marugul sembari tersenyum sinis.

"Uwak!! Kali ini rencana uwak jangan sampai gagal!! Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi kepada ibunda ku!!" Surawisesa memberikan peringatan. Sudah beberapa kali siasat yang diusulkan oleh Amuk Marugul selalu saja gagal, jadi ia mewanti-wanti sejak awal agar pamannya itu lebih teliti lagi dalam menyiapkan rencana.

"Kau tidak perlu khawatir, keponakan ku. Aku juga ingin menyelamatkan adikku, rayi Kentring Manik..." ujar Amuk Marugul.

"Lalu apa rencana uwak??!"

Amuk Marugul tersenyum kecil kemudian mendekatkan dirinya kepada Surawisesa dan membisikkan sesuatu.

"Itu berarti kita harus segera menuju ke Kumpar Putih??" ujar Surawisesa setelah dibisiki oleh Amuk Marugul.

"Ya. Langkah pertama ialah menuju ke Kumpar Putih. Jangan membuang-buang waktu lagi, keponakan ku..."

"Baiklah uwak. Ayo kita pergi sekarang juga!!"

Amuk Marugul dan Surawisesa akhirnya pergi meninggalkan istana tanpa sepengetahuan Kian Santang dan yang lainnya. Saat ini tujuan utama mereka adalah membebaskan Ratu Kentring Manik.

※※ⓚⓡⓚⓢ※※

Kianarata turun dari tunggangannya. Kepalanya menengadah menatap kearah gunung kapur yang terlihat tinggi menjulang.

"Aku tidak mungkin menaiki gunung itu dengan menunggangi kuda. Mau tidak mau aku harus berjalan kaki sampai keatas sana.." ujar Kianarata lalu menghembuskan napas pelan.

Kianarata segera menempatkan kudanya ditempat yang cukup aman. Memastikan bahwa tidak akan ada yang berani mengambil kuda kesayangan nya itu. Tanpa membuang-buang waktu, Kianarata segera menaiki gunung kapur itu.

"Bismillahirrohmanirrohim.. "

Dengan sigap Kianarata berjalan cepat menaiki gunung kapur yang penuh pepohonan dan bebatuan yang terlihat curam.

"Semakin keatas, udaranya semakin terasa dingin.." Kianarata memeluk tubuhnya erat sembari menahan rasa dingin yang menyerangnya. Kianarata terus berjalan dan tak menggubris udara dingin yang menusuk sampai ke tulang nya.

Dengan bersusah payah, Kianarata akhirnya tiba di Puncak gunung kapur. Tubuhnya bergetar hebat karena suhu udara yang semakin lama semakin dingin dari sebelumnya.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang