38 - MENJALANKAN TUGAS

384 76 5
                                    

NEW UPDATE!!

Dah comeback nih,

Jangan lupa komen dan votenya ya.

Happy Reading!!

|Bismillah.|


Pasukan Prabu Antaraksa memutar arah kembali ke kerajaan Kumpar Putih. Selama perjalanan ia tak banyak bicara, terlalu banyak asumsi yang melanglang buana dalam pikirannya. Belum lagi rasa sakit hatinya terhadap perkataan putrinya yang masih berbekas dalam benaknya. Ayah mana yang tak sakit hati jika tidak dianggap oleh putrinya sendiri?

Setelah melakukan setengah perjalanan, Prabu Antaraksa memutuskan berhenti sejenak untuk mengistirahatkan para prajuritnya. Sementara dirinya tengah menenangkan diri, Patih Sukmajaya datang menghampiri Prabu Antaraksa yang tengah duduk menyendiri, jauh dari kerumunan.

"Mohon maaf gusti prabu, apa hamba boleh mengatakan sesuatu?" ujar Patih Sukmajaya tanpa ragu. Sejak kejadian itu, ia memilih bungkam melihat pemandangan yang terlintas dihadapannya. Setelah peperangan, Patih Sukmajaya hendak mengatakannya kepada prabu Antaraksa tapi saat itu belum memungkinkan dirinya untuk mengemukakan pendapatnya lantaran melihat kondisi prabu Antaraksa yang belum stabil. Kali ini ia memiliki kesempatan itu dan ia tidak akan menyia-nyiakan waktunya.

"Katakanlah," ujar prabu Antaraksa dengan suara beratnya.

"Maaf gusti prabu, hamba merasa ada yang ganjal dengan sikap Putri Narata," jelas Patih Sukmajaya.

"Apa maksudmu?" Prabu Antaraksa segera mengalihkan pandangannya ke arah Patih Sukmajaya, sepertinya ia tertarik mendengarkan ungkapan dari patih kepercayaannya itu.

Patih Sukmajaya perlahan memperbaiki posisi berdiri menjadi duduk disebelah prabu Antaraksa.

"Selama ini, hamba tidak pernah melihat Putri Narata bersikap seperti itu terhadap gusti prabu. Walau sebesar apapun amarahnya kepada gusti prabu, gusti Putri tidak pernah sekalipun angkat suara ataupun membantah dihadapan gusti prabu," jelas Patih Sukmajaya.

"Ya, itu disebabkan putra Siliwangi itu telah mencuci otaknya sehingga ia berani menentang diriku, ayahandanya sendiri!" ucap Prabu Antaraksa geram. Jika ia kembali memikirkan hal itu, amarahnya seakan-akan kembali naik ke ubun-ubunnya. Seumur hidupnya, putrinya tidak pernah sekalipun menentang dirinya secara terang-terangan.

"Bukan itu maksud hamba," ujar Patih Sukmajaya.

"Lalu apa maksud ucapanmu?" seru prabu Antaraksa dengan kening mengerut.

"Hamba rasa, ada sesuatu yang telah terjadi pada Putri Narata. Apa gusti prabu menatap matanya? Ia terlihat seperti tidak mengenali gusti prabu, tapi itu bukan karena di sengaja. Gusti putri tidak mungkin dengan sengaja melupakan gusti prabu, ayahandanya sendiri. Bahkan Raden Kian Santang pun terlihat sama terkejutnya," jelas Patih Sukmajaya. Ia berusaha menjelaskan secara gamblang, apa yang ada dalam pemikirannya.

Prabu Antaraksa terdiam sejenak, berusaha mencerna maksud dari ucapan patih Sukmajaya. Ia mulai memahami satu hal, bahwa putrinya tidak mungkin dengan sengaja menyakiti hatinya dengan mengatakan bahwa ia tidak mengenali ayahandanya sendiri. Itu tidak mungkin.

"Lantas apa yang harus kulakukan?" ujar Prabu Antaraksa. Pikirannya saat ini benar-benar buntu. Satu kejadian kecil itu berhasil memporak-porandakan hatinya. Ia merasa menjadi lemah seketika.

"Saat ini, gusti prabu kembalilah ke istana, gusti Ratu pasti sudah menunggu gusti prabu di sana. Biarkan hamba yang mengurus masalah ini. Gusti prabu jangan khawatir, hamba berjanji tidak akan kembali tanpa membawa Putri Narata, hamba akan berusaha sebisa hamba," ujar Patih Sukmajaya bersungguh-sungguh.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang