9 - KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG

723 89 11
                                    


(Bismillah... )


"Alhamdulillahi robbil 'aalamiiinn.."

Raden Kian Santang mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya. Ada rasa bahagia yang tak terhingga ketika ia menuntun Kianara mengikrarkan keyakinannya. 'Dua kalimat syahadat' telah diucapkan oleh gadis itu dengan perlahan tapi pasti.

Ada perasaan tenang. Setelah Kianara mengucapkannya, hatinya berasa lebih lapang. Inikah yang dinamakan kedamaian? Ia telah menemukannya pada keyakinan Raden Kian Santang.

"Aku sangat senang. Akhirnya kau dapat menempuh jalan yang benar. Aku akan selalu berdoa kepada Allah subhanahu wa ta'ala agar mengokohkan imanmu.. " ujar Kian Santang sembari tersenyum.

"Terima kasih Raden Guru. Mulai saat ini, aku akan belajar banyak darimu. Dan aku berharap, kau tidak akan pernah bosan untuk mengajariku.." tutur Kianara sambil memperbaiki selendang yang menutupi kepalanya.

"InsyaaAllah. Kita akan belajar bersama-sama secara perlahan-lahan.. "

"Alhamdulillah.. akhirnya nyimas Kianara sudah memantapkan keyakinannya.. " seru Danu senang.

Kianara lalu tersenyum kearah Danu. "Terima kasih."

"Sama-sama." Danu menyeringai. Ternyata Kianara tidak seburuk yang ia pikirkan.

Raden Kian Santang bangkit dari duduknya diikuti Kianara yang perlahan melepas selendang pemberian Raden Kian Santang kemudian mengembalikannya.

Raden Kian Santang yang melihat itu segera mengangkat tangan kedepan sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa, Kianara. Sebaiknya kau simpan saja. InsyaaAllah suatu saat kau akan siap untuk mengenakannya.."

"Baiklah," Kianara menarik kembali uluran tangannya dan menyimpan selendang putih itu.

"Terima kasih Raden Guru." Ucap Kianara.

"Oiya. Tunggu sebentar." Tiba-tiba Raden Kian Santang mengeluarkan sesuatu dari dalam tubuhnya. Benda itu terlihat berkilau keemasan.

"Ambillah ini." Ujar Kian Santang sembari menyodorkan sebuah pedang lalu tersenyum.

"Apa ini?" Kianara mengeryitkan dahinya tidak mengerti. Mengapa Raden Kian Santang memberikan pusaka miliknya?

"Ini adalah Pedang Qatanah.. ambillah ini sebagai hadiah dariku, karena kau sudah berani mengambil keputusan yang besar dalam hidupmu. Aku pun yakin, suatu saat, kau juga pasti akan berani melawan keangkaramurkaan dan membasmi kejahatan dimuka bumi ini.. " tutur Raden Kian Santang.

Kianara menarik napas pelan. Raden Kian Santang sepertinya begitu menaruh kepercayaan kepadanya. Perlahan Kianara pun mengambil mengambil pedang tersebut.

"Terima kasih, karena sudah menaruh kepercayaan kepadaku.."

"Sama-sama.." Ujar Kian Santang lalu tersenyum.

"Aku juga punya hadiah untukmu.."

Raden Kian Santang dan Kianara menoleh kearah Danu yang berjalan mendekati mereka. Bocah itu terlihat menggenggam sebuah tabung bambu kecil.

"Ambillah.."

"Apa ini?" Kianara mengambil tabung bambu itu sambil memperhatikannya dengan seksama.

"Itu adalah ramuan obat-obatan yang aku racik sendiri. "

Kianara membulatkan matanya.

"Benarkah??" Selidik Kianara sambil mendelik kearah Danu. Rasanya ia ingin mengerjai bocah itu.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang