Happy Reading!! 💚
.
.
.Dalam hitungan jam, kerajaan Bengawan disulap menjadi sebuah balai pernikahan yang cukup mewah. Para prajurit berdiri tegap, mengawasi sekeliling istana. Memastikan tidak keamanan terkendali. Para pelayan istana sibuk mondar-mandir menyiapkan jamuan dan serba-serbi pernikahan. Sementara di salah satu ruangan istana sedang terjadi perdebatan antar saudara.
"Kenapa kau menghentikanku, Raka? Pernikahan ini tidak boleh terjadi! Apa yang terjadi padamu?"
Hening.
Tidak ada jawaban apapun.
"Aku tidak mengerti dengan cara berpikirmu, rayi. Aku merasa tidak berguna berada disini. Aku bahkan tidak bisa mencegah rayiku menikah secara paksa dengan orang lain." Rara Santang mengusap wajahnya yang pias.
Sementara dua saudaranya sedang mengoceh tidak karuan, pria berpakaian putih khas pengantin hanya duduk di kursi yang tersedia di ruangan itu. Wajahnya pun sama gelisahnya. Akan tetapi lebih berusaha tenang untuk dapat memikirkan solusinya.
Brakk!!
Kepala Kian Santang terangkat. Begitupun Rara Santang. Terlihatlah Surawisesa berdiri dengan geram hendak berjalan keluar menuju pintu ruangan.
"Tunggu, rayi." Kian Santang bangkit. Mencegat langkah Surawisesa.
"Ada apa, raka? Kita punya kekuatan. Kita bisa mengalahkan orang-orang itu. Kenapa kita harus berdiam diri seperti seorang pengecut?" ujar Surawisesa menatap mata Kian Santang lekat.
Rara Santang bangkit mendekati keadua adiknya.
"Tenanglah, rayi. Tidak semua permasalahan bisa kita selesaikan dengan cara peperangan. Aku tidak ingin ada korban yang berjatuhan." Kian Santang berujar dengan lembut. Memberikan tatapan yang meneduhkan.
"Apa karena itu kau ingin mengorbankan dirimu sendiri, rayi? Ini tidak adil! Kau berlaku tidak adil pada dirimu sendiri. Kau mendzolimi dirimu sendiri!" seru Rara Santang tak kalah tegas.
Kian Santang memejamkan matanya perlahan. Lantas menghembuskan napas pelan.
"Pasti ada jalan keluarnya, yunda, rayi." Kian Santang menatap Rara Santang dan Surawisesa bergantian.
Surawisesa berdecak pelan sembari tersenyum kecut. "Apa ini jalan keluarnya? Menikahi si pengkhianat itu? Putri Ahana? Kau yakin ingin menikahinya? Padahal jelas-jelas dia sudah menipu kita selama ini." seru Surawisesa.
Kian Santang mengusap wajahnya pelan sembari beristighfar. "Aku tidak menginginkan pernikahan ini."
"Lantas mengapa kau mengiyakannya, rayi? Apa maksudmu?" Rara Santang semakin dibuat bingung dengan sikap Kian Santang.
Tok. Tok. Tok.
Pintu dibuka dari luar. Kian Santang, Rara Santang, dan Surawisesa lantas menoleh.
"Mempelai pria harus segera ke balairung istana sekarang juga."
—KRKS—
"Kanda akan keluar beberapa hari untuk bertapa, atas perintah resi kuncung putih. Karena itulah, kanda titipkan kerajaan ini kepada kalian istri-istriku dan anak-anakku. Jagalah kerajaan dengan baik, jangan sampai kabar kepergianku diketahui oleh musuh diluar sana." ujar Prabu Siliwangi kepada istri-istri dan anak-anaknya.
"Sendika kanda prabu,"
"Sendika kanda prabu,"
"Sendika ayahanda,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)
FanfictionPerjalanan seorang pangeran kerajaan besar di tataran pasundan membawanya menuju kubangan permasalahan yang tak kunjung habisnya. Kejahatan terus mengintai mengancam setiap orang terkasih. Pengorbanan dan perjuangan menjadi bumbu dasar disetiap uji...