34 - SABUK PUTIH

538 80 8
                                    

NEW UPDATE !!! 😃😃

Assalamualaikum.

Maaf ya up nya telat lagi. Baru seminggu tapi rasanya udah kayak sebulan ... Hehe

Masih inget alurnya kan?
Kalo dah lupa, baca ulang aja ya. 😁

Okay, 👍🏻

HAPPY READING !!! 💚

|Bismillah.|

Temaram cahaya senja menutupi kabut hitam di atas gunung kapur. Siluet bayangan kehidupan berisi hawa kedinginan begitu terasa di ujung puncak tertinggi pegunungan.

Samar-samar cahaya putih itu berpendar mengelilingi objek tujuannya. Semakin lama, semakin meluas. Gulungan cahaya menjadi berkali-kali lipat mengangkasa di langit gunung. Dalam hitungan detik, menyatu sempurna dalam balutan tubuh tak berdaya itu.

Perlahan-lahan ribuan cahaya itu menghilang dalam sekejap, tergantikan suasana sunyi yang terasa mencekam.

Gadis bergaun putih masih terbaring membeku di atas puncak gunung yang suhunya menyamai ketinggian suhu gunung salju. Tubuhnya mematung dengan bibir dan wajah yang terlihat memucat. Tidak terdapat tanda-tanda kehidupan dari sana. Gadis itu layaknya mayat yang menunggu waktu untuk segera di kebumikan.

"Ra ... den ...." bibir pucat itu bergerak kaku menyebut sebuah nama.

※※ⓚⓡⓚⓢ※※

Dua sejoli kakak beradik itu berjalan mondar-mandir tak tenang di tempatnya.

Raut wajah keduanya memancarkan kegelisahan. Sang kakak laki-laki berjalan sembari terus menatap ke arah pintu ruangan, sementara si adik perempuan akhirnya memilih untuk duduk di sisi ranjang menemani si bungsu yang tengah terlelap bak lelapnya bayi yang tak berdosa.

"Raka, apa raka yakin Bintari akan menemukan obat yang dia maksud?" pembicaraan itu akhirnya di mulai setelah lama keduanya saling berdiam diri dengan kecemasannya masing-masing.

Walangsungsang mengarahkan pandangannya kepada adik perempuannya itu.

"Aku juga tidak dapat memastikannya rayi ... Tapi jika memang ada, tidak ada salahnya kita mencoba. Insyaallah sedikit meredakan rasa sakit yang di derita rayi Kian Santang ...."

Ucapan Walangsungsang di angguki oleh Rara Santang. Keduanya saling menatap penuh harap atas kesembuhan adik bungsu mereka, Kian Santang.

"Aakkh."

Rintihan sayu terdengar cepat di telinga Walangsungsang dan Rara Santang. Keduanya sama-sama bergegas mendekati Kian Santang dan memeriksa keadaannya.

Tak. Tak. Tak.

Walangsungsang segera menotok Kian Santang untuk melancarkan sirkulasi darahnya. Setelah itu dirinya membantu adiknya itu untuk bangkit duduk dengan tenang.

Helaan napas Kian Santang terlihat beraturan. Walangsungsang dan Rara Santang sedikit dapat bernapas dengan lega melihat Kian Santang yang sudah sadarkan diri.

"Bagaimana keadaan mu, rayi??" tanya Walangsungsang ingin memastikan keadaan adiknya.

Wajah Kian Santang yang terlihat masih menahan rasa sakitnya mengisyaratkan bahwa lukanya masih cukup parah. Tetapi, ia berusaha tersenyum tegar di hadapan kedua kakaknya.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang