44 - RENTAN HATI

634 97 58
                                    

Guys, i am come back!!  Yey.

NEW UPDATE !!!

WARNING !! AWAS BAPER !! ⚠️

Let's go ...,

HAPPY READING !!! 💚

|Bismillah.|


وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ  ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا

Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.

(QS. Al-Isra' : 81)

.
.
.
.

"Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaaha illallah, allahu akbar,"

"Laa hawla wa laa quwwata, illa billah ...,"

Berkali-kali Kian Santang merapalkan kalimat mulia itu dengan penuh konsentrasi dan hati yang tenang.

Kian Santang yakin, kekuatan kalimat itu lebih besar dari mantra apapun yang ada di muka bumi ini.

Perlahan-lahan energi dalam tubuhnya mulai membaik. Kaki Kian Santang bergerak tegak bangkit dari duduknya. Walaupun tubuhnya terasa lemah, tapi hatinya tetaplah kuat dan tidak goyah sedikitpun. Dengan membaca basmalah, Kian Santang bergerak maju berniat membantu yundanya, Rara Santang.

"Rayi, apa yang kau lakukan? Menyingkirlah! Aku tidak ingin kau terluka," teriak Rara Santang memperingati adiknya yang tiba-tiba datang berlari menghampirinya.

"Tidak, Yunda. Aku akan membantu yunda untuk menghadapinya," seru Kian Santang sambil berusaha menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Rara Santang menggelengkan kepalanya pelan. "Rayi,"

Rara Santang menatap iba ke arah Kian Santang. Ia dapat melihat rasa sakit yang terpancar dari mata adiknya. Tapi, bukan Kian Santang namanya jika menyerah begitu saja. Rara Santang tahu, adiknya adalah sosok ksatria yang kuat bak baja. Semangatnya tak akan surut begitu saja, walaupun dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Melihat keteguhan hati Kian Santang, Rara Santang akhirnya membiarkan saja sang adik turut membantunya menghadapi pria bertopeng itu.

Keduanya mengangguk sebagi isyarat untuk maju menyerang si penopeng.

Pertarungan pun tak dapat di elakkan lagi. Penopeng itu rupanya bukan pendekar sembarangan. Ia cukup gesit melawan dan menghindari serangan yang di gencarkan oleh Rara Santang dan Kian Santang.

"Siapa dia? Kanuragannya tak dapat di remehkan," lirih Rara Santang sembari menahan rasa sakit akibat serangan dari si penopeng.

"Yunda, apa yunda baik-baik saja?"

Kian Santang segera menahan tubuh Rara Santang yang hampir terjatuh.

"Aku baik-baik saja, rayi," ujar Rara Santang.

Penopeng itu berjalan menghampiri Kian Santang dan Rara Santang. Tangannya terangkat menunjuk ke arah Kian Santang.

"Serahkan dia padaku," ujar penopeng itu.

Rara Santang segera menegakkan tubuhnya dan menatap penopeng itu geram.

"Tidak akan!!" tegas Rara Santang. Sampai matipun ia tak akan menjerumuskan adiknya ke dalam jurang kebinasaan.

KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang