Setelah sekian lama, akhirnya ....
Lanjut!!.
.
.Rara Santang berhasil memberikan berbagai alasan mengenai kepergiannya. Setelah berpamitan pada bundanya Subang Larang, Rara Santang akhirnya pergi. Sesuai petunjuk dari mata-matanya, ia harus menuju ke arah Utara. Tempat yang sebenarnya belum pernah ia kunjungi. Sepertinya Kianara memang sengaja mencari tempat terpencil agar tidak dapat di temukan.
Perjalanan Rara Santang berjalan lancar. Tidak ada hambatan. Ia segera sampai ke tempat tujuan saat matahari mulai terbenam.
Rara Santang singgah di perkampungan. Mengisi perut dan rehat sejenak.
"Apa Kianara tinggal di perkampungan ini?" pikir Rara Santang sembari melangkahkan kaki melihat-lihat sekelilingnya.
Perkampungan itu tidak terlalu ramai. Beberapa warga terlihat berlalu lalang. Sesekali ia melihat beberapa anak kecil berlarian kesana-kemari. Senyum Rara Santang mengembang saat melihat seorang anak perempuan sedang duduk di temani sebuah lampu petromaks di sebelahnya. Tapi bukan itu yang menyita perhatian Rara Santang.
Gadis kecil itu memegang sebuah sobekan kertas. Rara Santang yang terpana melihatnya segera berjalan mendekat.
"Sampurasun," ujar Rara Santang menyapa. Gadis itu menengadahkan kepala. Melihat Rara Santang.
"Rampes." jawab gadis itu tersenyum manis.
Rara Santang berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan gadis kecil itu. "Kau sangat bersemangat belajar, ya." ujar Rara Santang mengusap Puncak kepala anak itu.
Gadis kecil berpakaian kumal itu tersenyum. Menegakkan duduknya. Menatap lurus ke arah Rara Santang.
"Kata guruku. Kita harus bersemangat dalam belajar dan memanfaatkan waktu untuk belajar. Katanya 'Waktu tidak akan menunggu. Dia akan segera berlalu dengan kehendaknya. Kalau kita menunggu lebih lama, akan banyak hal yang hilang begitu saja. Dan saat waktu telah habis, maka itulah akhir kehidupan kita.' itu kata guruku," ujar gadis kecil itu tersenyum sumringah.
Rara Santang terdiam. Berusaha mencerna ucapan itu. Ia lantas tersenyum dan mengusap wajah gadis kecil itu. "Kau sangat pintar. Siapa gurumu?"
"Namanya Nyimas-"
Ucapan itu terhenti. Gadis itu menggaruk kepalanya. Wajahnya terlihat bingung.
"Siapa namanya?" Rara Santang jadi penasaran.
"Eee ...." gadis itu terlihat berpikir. Dia lupa siapa nama gurunya.
"Ya sudah. Tidak apa-apa. Kalau begitu aku pergi dulu. Teruslah semangat untuk belajar," ujar Rara Santang lantas bangkit. Ia melambaikan tangan dan beranjak dari tempat itu.
"Tunggu sebentar."
Rara Santang berhenti. Membalikkan badannya ke belakang. Gadis kecil tadi ternyata mengikutinya.
"Ada apa?" tanya Rara Santang. Tersenyum.
"Aku sudah ingat namanya. Guruku bernama ... Nyimas Kianarata. Namanya cukup panjang dan sulit. Jadi agak susah mengingatnya." ujar gadis itu polos.
Mata Rara Santang langsung melebar. Dia tidak salah dengar, kan? Kianarata? Apa yang di maksud anak itu adalah Kianara yang dia cari?
***
"Dengar Ahana. Kau harus cepat memilih, siapa yang pantas menikah denganmu. Jangan buang-buang waktu. Pernikahan harus segera di laksanakan!"
Ahana diam. Mendengar penuturan bundanya. Jadi dia di panggil hanya untuk membicarakan hal itu? Ahana menghembuskan napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALINYA RADEN KIAN SANTANG (SPECIAL.VERSION)
FanfictionPerjalanan seorang pangeran kerajaan besar di tataran pasundan membawanya menuju kubangan permasalahan yang tak kunjung habisnya. Kejahatan terus mengintai mengancam setiap orang terkasih. Pengorbanan dan perjuangan menjadi bumbu dasar disetiap uji...