“SPERTI MATI LAMPU!”
“YA SAYANG!”
“SEPERTI MATI LAMPU”
“CINTAKU PADAMU YA SAYANG! BAGAI MALAM TIADA BERLALU!”
Saat ini suasana kelas IPS 3 ramai seperti biasanya. Kelas yang sedang jamkos karena pak Gugun–guru sejarah tidak masuk di karenakan katanya kucing pak Gugun melahirkan. Aish yang benar saja!
Kelas itu sedang mengadakan aksi dangdutan yang di pimpin langsung oleh Guntur dan juga Biru. Dengan meja yang di dapatkan menjadi satu, Guntur dan Biru naik ke atasnya untuk mengambil aba-aba.
Suara nyanyian yang di iringi senandung itu membuat gelak tawa apalagi di tambah aksi konyol dari anak GB–GunturBiru. Julukan itu di berikan oleh anak kelas IPS 3 untuk si kembar pembuat ricuh namun tak serupa.
Alaska–cowok itu sedari tadi hanya diam untuk melihat aksi kedua temannya itu dengan ditemani Fajar di sebelahnya. Saat ini yang membuat Alaska geleng-geleng kepala adalah saat melihat Guntur yang nekat naik ke atas pundak Biru dengan memutarkan dasi di udara dan bersorak ria.
“Ska, temen lo beraksi,” kata Fajar yang jengah melihat kelakuan mereka berdua.
Alaska tersenyum tipis. “Bukan temen gue,” jawabnya sedikit keras.
Setelah aksi acara dangdutan tadi, anak GB langsung kembali duduk di dekat Alaska dan juga Fajar dengan nafas yang tersengal-sengal. Penampilan mereka masih sama, baju yang di keluarkan dan tak lupa dasi yang setia melingkar di kepala.
“Gimana konser gue?” tanya Guntur bangga sambil menaik turunkan alisnya.
“Good,” jawab Fajar.
Mata Guntur berbinar, tidak pernah dirinya di puji seperti itu oleh Fajar. “Ya dong, Guntur gitu loh” katanya bangga dengan senyum yang terus berkembang.
“Tapi bukan temen gue,” lanjut Fajar. Guntur yang mendengarnya sontak wajahnya berubah 180° dari yang tersenyum menjadi mencibirkan bibirnya kebawah. Beda halnya dengan Biru, cowok itu langsung terbahak mendengar temannya itu tidak di anggap.
“Gausah PD mulu lo Bambang! Kasian gak di anggep,” kata Biru terbahak.
“Lo juga sama,” potong Fajar.
Kali ini Guntur yang terbahak sorak. Bukan hanya dia yang di sudut kan, namun Biru pun ikut di sudut kan. Dan saat ini bagian Biru yang terdiam bungkam. Cowok itu menatap orang di sampingnya dengan tajam. Aish, sebahagia itu kah kalau kita menyudutkan teman sendiri?
“Lo juga jangan kebanyakan PD! Gak di anggap juga kan tuh,” sindir Guntur dengan tawa yang masih terdengar.
Biru mendengus sebal. Cowok itu mengalihkan tatapannya kepada Alaska yang sibuk memainkan ponselnya.
“Gue temen lo kan Ska?” tanya cowok itu. Berjaga-jaga takutnya Alaska dan Fajar berkerja sama untuk mengerjainya.
Alaska memalingkan wajahnya menatap Biru. “Bukan,” katanya singkat namun menusuk.
Guntur yang mendengarnya lagi tertawa bahak. Sepertinya Guntur sangat bahagia melihat temannya itu menderita setelah tadi menertawainya.
“Kasian banget sih lo Bir!” ledek cowok itu.
“Lo juga sama,” sela Alaska. Cowok itu memainkan ponselnya kembali tanpa niat menatap siapapun kecuali benda pipih di tangannya.
Guntur terdiam bungkam. Padahal ia tidak bertanya kepada Alaska tadi. Apa memang dirinya tidak di anggap sebagai teman? Aish menyakitkan juga pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...