Carra mempercepat kecepatan mobilnya dengan perasaan hati yang campur aduk. Dirinya memukul stir ketika menghadapi macet yang sedikit panjang membuat dirinya menghembuskan nafas panjang.
Pikirannya terus memutar mengingat Alaska dan Alaska. Tujuannya saat ini hanya rumah Alaska yang harus ia tuju. Ucapan Mars semakin membuat dirinya khawatir.
Mars memposisikan dirinya jadi menghadap Carra dengan senyum tipis yang sejak tadi ia lihatlah kepada gadis di sampingnya.
“Mau ngomong apa?” tanya Carra tiba-tiba berubah datar.
Mars akui, gadis di depannya saat ini pasti kecewa atau bisa jadi benci kepada dirinya. Dengan helaan nafas, Mars memegang tangan Carra kuat membuat gadis itu tersentak kaget atas perlakuannya.
“Gue suka lo Carra, dari dulu.” ucapnya semakin membuat Carra bingung dan tak habis pikir.
Carra melepas genggamannya dengan kasar. “Jangan sentuh gue!” sentaknya namun tak membuat Mars memudarkan senyum.
“Gue suka sama lo dari kelas 7, pertama kalinya gue liat lo keluar dari mobil dan masuk ke sekolah. Awalnya gue cuma kagum aja, tapi pas kelas 8 gue kaget pas tau sekelas sama lo,” ucapnya menjeda.
“Gua yang suka ganggu lo, tuan putri Nusa Bangsa. Tapi ego gue terlalu tinggi membuat gue gak berani ngungkapin perasaan gue sama lo.” lanjutnya mengalihkan pandangannya kesembarang arah.
Carra masih terdiam dengan seribu tanya yang ia pendam sedari tadi. Kalau benar Mars adalah teman SMP nya, kenapa Carra tidak ingat sama sekali? Bahkan untuk saat ini saja Carra mengira adalah pertama kalinya mereka bertemu.
“Gue berubah jadi berandalan, terus ngebangun club' motor bernama Pegasus. Bukan cuma gue, Alaska juga. Alaska sama gue temen satu kompleks tapi beda sekolah. Awalnya hubungan Pegasus sama GALAKSI baik-baik aja, sampai ada salah paham di antara kita.” ucapnya kala mengingat kembali masa lalunya.
“Dengan ego yang sama-sama tinggi, gue selalu ngerasa iri sama Alaska. Dia di sanjung sama siapapun, sedangkan gue hanya di cap sebagai orang biang onar. Di tambah lagi gue yang masuk geng motor.” ucapnya lagi lalu menghela nafas.
“Suatu hari, gue bisa ngalahin dia balap. Awalnya gue rasa gue bakalan kalah lagi sama dia, tapi ternyata gue menang. Saat ini pemikiran gue tiba-tiba inget sama lo, kalau gue dapet info lo itu satu sekolah sama Alaska. Gue ngerasa dendam sama lo dan juga alaska.” lanjutnya.
Carra merasakan dadanya tiba-tiba bergemuruh dengan jantung yang berdetak kencang. Ia meremas kuat rok yang ia pakai dengan berani menatap Mars yang kini menatapnya juga.
“Gue dendam sama lo karena lo gak pernah peka, atau sekedar respon perasaan gue. Di sisi lain juga gue dendam sama Alaska yang selalu rebut apa aja yang gue inginkan. Dan di sana gue punya rencana buat jadiin lo taruhan, dan gue rasa rencana ini bakal bikin kalian berdua sama-sama hancur,” ucapnya lalu terkekeh miris.
Carra semakin meremas kuat roknya, ia tak habis pikir dengan jalan lelaki di depannya saat ini. Hanya sebuah masalah dirinya yang tidak peka, membuat dirinya sendiri harus menerima sakit yang baru pertama kali ia rasakan.
Mars tersenyum tipis. “Dan kayanya rencana gue berhasil. Liat lo sakit hati gara-gara Alaska mainin lo, begitupun dengan Alaska yang ikut hancur karena udah jatuh sama taruhannya sendiri,” lanjut cowok itu.
“Kenapa lo sejahat itu?” ucap Carra dengan sekuatnya menahan isakkan yang akan keluar.
“Tujuan awal gue balas dendam, gak ada kata kasihan di kamus gue,” balasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Fiksi RemajaFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...