ALASKA -52

18.5K 707 3
                                    

Carra berjalan menyusuri jalan di sore hari, pandangannya lurus ke depan dengan masih memakai seragam sekolah Attala.

Bibirnya terangkat kembali tersenyum kecut kala mengingat kejadian barusan, ia pergi dari markas GALAKSI degan keadaan seperti sekarang. Kalau saja ada mobilnya, Carra sudah pergi cepat dari sana.

Bahkan sekarang saja dirinya tidak tahu dimana mobilnya berada, entah dibawa kemana oleh Biru. Tapi bisa Carra pastikan mobilnya itu sudah ada di rumah. Seperti bisanya, kejadian dulu terulang kembali.

Carra menatap ke kanan-kiri mencari taxi atau angkot yang lewat. Padahal ini masih sore, tapi kendaraan itu tidak ada yang lewat sama sekali. Carra duduk di salah satu halte yang berada di sana, matanya menunduk dengan sayu.

“Angkot mana sih?” gumamnya.

Tinn!!!

Carra tersentak kaget saat mendengar klakson motor yang sangat nyaring di telinganya. Cewek itu mendongakkan kepalanya menatap sebuah motor sport merah di depannya saat ini, dengan si pengemudi yang menatap ke arahnya di balik helm.

“Hai!” sapa nya.

Care mengernyitkan dahinya menatap siapa orang di depannya saat ini. Orang itu turun dari motornya dengan masih menggunakan helm dan berjalan mendekati Carra.

“Siapa?” bingung Carra.

Orang itu membuka helmnya lalu terkekeh kecil. “Hai Carra, masih inget gue kan?” tanyanya tersenyum manis ke arah Carra.

Carra tidak bodoh! Pasti ia kenal siapa orang di depannya ini, orang yang sudah menolongnya kurang lebih dua kali meski yang pertama gagal sih.

“Raja?” gumam Carra. “Lo ngapain di sini?” lanjut Carra bertanya.

“Yang harusnya tanya gitu gue, ngapain lo di sini?” kilah cowok itu. “Terus, tuh mata kenapa? Habis nangis?” lanjutnya.

Carra menggeleng cepat. “Lagi nunggu taxi,” jawabnya.

“Mau pulang?” tanyanya yang di balas anggukan oleh Carra. “Bareng gue aja mau?” tawarnya.

“Gak perlu, gue tunggu taxi atau angkot aja,” ujarnya.

“Udah mau magrib, beneran?” kesempatan dalam kesempitan! Itulah kata yang cocok untuk seorang Raja saat ini.

“Gak perlu deh, takutnya ngerepotin.” ucap Carra tak enak.

“Gue gak ngerasa repot, jadi?” tawarnya sekali kali.

Carra terlihat seperti menimbang-nimbang tawaran Raja. Kalau ia menolak, terus mau sampai kapan dirinya di sini? Taxi, maupun angkot gak ada yang lewat.

Lagian juga mana ada angkot berkeliaran jam segini, yang bisa Carra harapkan yaitu taxi. Cuma taxi satu-satunya kendaraan yang bisa membuat dirinya pulang ke rumah. Gak mungkin juga Carra jalan kaki dari sini ke rumahnya yang lumayan jauh.

“Mau gak?” tawarnya lagi memastikan.

“Beneran gak papa?” Raja mengangguk antusias.

“Yaudah,” putusnya.

Carra berjalan mengikuti Raja untuk ke motor cowok itu. Raja memberikan Carra helm cadangan yang selalu ia bawa kemana-mana, lalu Carra segera naik ke motor cowok itu.

Raja melajukan motornya dengan kecepatan sedang, sesekali mengerem mendadak membuat Carra kaget dan mempererat pegangan tangannya ke jaket cowok itu. Dasar Raja modus!

Raja menepikan motornya tepat di depan rumah Carra. Rumah yang pernah ia datangi juga waktu nganterin Carra waktu itu, Carra segera turun dari motor Raja dan melepaskan helmnya.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang