Saat ini Alaska sedang berada di dalam markas GALAKSI yang banyak orang. Memang setelah kejadian tadi, Alaska membawa Carra ke markasnya.
Aneh lho. Soalnya tidak pernah ada orang lain yang menginjakkan kakinya di area GALAKSI kecuali anggota langsung GALAKSI. Semua pasang mata menatap ke arah pintu masuk di mana di sana ada sang ketua dengan seorang gadis asing menurut mereka.
“Udah di obatin?” tanya Alaska melirik ke arah Gibran yang sedang duduk santai dengan toples makan di pangkuannya.
Gibran mengangguk. “Udah bang. Cuma Rizal yang di bawa ke rumah sakit. Parah,” tambah cowok itu. Alaska hanya membalasnya dengan anggukan.
Matanya melirik ke samping menatap Carra yang sedari tadi diam dan merasa tidak nyaman. Bagaimana mau tenang kalau semua pasang mata menatap Carra takjub dengan mata berbinar.
Alaska mendengus sebal. “Jangan natap dia kaya gitu,” peringatnya menatap tajam seluruh anggota di ruangan besar itu.
Semuanya memalingkan wajahnya dari Carra saat melihat tatapan tajam Alaska. Cowok itu menarik tangan Carra untuk duduk di sampingnya di kursi dekat Gibran duduk.
“Gue mau pulang,” kata Carra memohon.
“Kenapa tadi gak pulang?” tanya Alaska.
“Mobilnya mogok. Gue muter-muter cari orang gak ada” katanya, matanya membulat sempurna saat mengingat mobilnya yang ia tinggal sendirian di tengah jalan. “Astaga mobil gue?!” pekiknya panik.
Gibran yang berada di depannya berdecak sebal. “Kak!” kesal cewek itu. Gibran tau Carra, kakak kelasnya seorang selebgram dan juga salah satu kakak kelasnya yang humoris menurutnya.
“Gue mau pulang,” kata gadis itu berdiri dari duduknya namun di tahan oleh Alaska.
Cowok itu ikut berdiri dan langsung membawa Carra masuk ke dalam sebuah ruangan. Sedangkan Gibran? Cowok itu bengong dengan makanan yang masih di mulutnya mengikuti gerak gerik Alaska dengan ekor matanya.
Bruk!
“ASSALAMUALAIKUM EPRIBADEH!” teriak seseorang dari balik pintu utama berjalan ke arah ruang utama dengan cengiran.
“RED KARPET MANA?!” timpal Biru dengan tangan yang berkibar.
“BANG!” pringat Gibran kembali. Cowok itu kelihatan sebal dan terkejut dengan teriakan anggota inti GALAKSI.
Mereka bertiga duduk di samping Gibran dengan beberapa makanan yang di bawa. Fajar–cowok itu celingak-celinguk mencari keberadaan sang ketua.
Motor Alaska ada di depan, tapi orangnya tidak ada. Di ruang utama juga hanya ada beberapa anggota di sana.
“Alaska mana?” tanya Fajar kepada Gibran.
Cowok itu menatap sebentar Fajar lalu memakan kembali makanannya. “Ada,” jawabnya. Tangannya bergerak meraih sebuah benda pipih remot di atas meja lalu menggantikan Chanel TV.
“Nih gue bawa martabak!” kata Guntur lalu membuka pelastik putih di atas meja.
“Wah, mau dong!” tiba-tiba Reno datang dan mengambil sepotong martabak manis itu. “Emang jam segini yang jualan martabak udah buka bang?” tanya cowok itu sambil memasukan sepotong martabak kedalam mulutnya.
Guntur mengangguk. “Udah, di bawain sama bunda,” katanya.
“Bang!” panggil Gibran sambil menepuk pundak Fajar. Fajar menoleh dan mengangkat satu alisnya.
“Kok bang Alaska bisa sama kak Carra?” tanya cowok itu.
Fajar mengernyitkan dahinya bingung. Jadi, Carra di bawa Alaska ke sini? Fajar kira Alaska langsung mengantarkan Carra pulang ke rumahnya tapi malah di bawa ke markas GALAKSI.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Fiksi RemajaFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...