Bruk!
Carra menggebrak meja untuk ke sekian kalinya. Cewek itu mendengus sebal dengan tatapan tajam menatap orang di depannya.
“Apa sih Ra?” heran Alaska.
“Apa! Apa? Gue kalah lagi!” decak nya melemparkan bantal sofa ke arah wajah Alaska.
Mereka saat ini sedang bermain PS sejak satu jam yang lalu. Sedari tadi Carra terus di kalahkan oleh Alaska, memang jago banget! Carra rasa dirinya juga tidak kalah jagonya dengan Alaska, bahkan hampir setiap hari dirinya selalu bermain PS dengan Karel dan hasilnya unggul.
“Aku Carra!” koreksi Alaska untuk ke sekian kalinya juga.
“Bodo amat!” sarkas nya.
Alaska memutarkan bola matanya malas, tangan cowok itu bergerak mengambil benda di atas meja dan membukanya membuat Carra semakin kesal.
“Please! Kali ini aja jangan ya?” pintanya.
Alaska menaikkan satu alisnya. “Hukuman kan?”
“Tapi muka aku udah penuh gini Al, kalau orang lain tau udah di bilang badut!” decak nya menatap dirinya sendiri sendu.
Wajah Carra sudah penuh dengan warna merah dari lipstik Mentari yang diam-diam ia ambil untuk bermain dengan Alaska. Di sini hanya ada mereka berdua dengan Karel yang belum pulang kampus, Selatan yang masih bertugas, dan terakhir Mentari yang sedang acara arisan.
Warna merah di wajahnya itu di sebabkan oleh Carra yang selalu kalah dari Alaska. Siapapun yang salah, mereka akan di hukum dengan hukuman mukanya di coreng menggunakan lipstik. Padahal ini ide Carra, tapi gadis itu juga yang kena.
“Hukumn tetep hukuman!”
“Masa nggak tega sih? Mau di coret di mana lagi Al? Jidat, pipi, hidung semuanya udah penuh!”
Alaska menggidikkan bahunya. “Mata, sama bibir. Pilih salah satunya,” katanya membuat Carra mendelik.
“Sekalian aja semuanya! Lo mau bikin gue kaya ondel-ondel huh?!” Carra menatap tajam Alaska.
“Iya! Di bawa keliling komplek bagus kayanya? Iya kan?” Alaska menaik turunkan alisnya.
“Gak asik!”
“Sini!” suruh Alaska agar Carra menghadapnya.
Carra membuang nafasnya panjang. Hanya pasrah yang ia lakukan saat ini hanya ada dua tempat lagi yang cukup buat di coret, yaitu kelopak mata atas dan juga bibirnya yang masih bersih.
Alaska menatap wajah Carra, berpikir sejenak di mana tempat yang bagus untuk hukuman kali ini. Mungkin udah hampir sepuluh kali Carra kalah main dengan Alaska namun cewek itu tetap ngotot ingin melanjutkannya dan mengalahkan Alaska meski akhirnya tetap dirinya sendiri yang kalah.
“Coba pikir, biar bagus di mana?” tanya Alaska dengan lipstik di tangannya.
“Gatau,” jawab Carra malas.
“Tadi kan aku udah bilang udahan aja, kenapa ngeyel sih?” decak Alaska.
Carra mendengus sebal. “Ya gak tau akhirnya bakalan kalah lagi, makannya sesekali ngalah!” sewotnya.
“Bibir aja deh ya? Kalau di mata takutnya malah mirip sama setan.” ucap Alaska lempeng dan mendapat pukulan agak keras dari Carra.
“Udah!” kata Alaska menatap bibir Carra yang sudah ia oleskan lipstik barusan. “Yuk!”
“Kemana?”
“Katanya keliling komplek, sekalian jalan-jalan.” balasnya.
“Al!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Roman pour AdolescentsFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...