Carra membereskan buku-bukunya yang baru saja ia pelajari di temani Senja dan Mega di depannya. Sudah ada Panji, Kenzo, dan Dinda yang sudah berjalan seperti biasanya menghampiri mereka.
Berkumpul adalah sebuah kebersamaan yang selalu hangat bagi mereka. Berkumpul bisa saja mengurangi beban pikiran dengan beberapa candaan yang di lontarkan. Apalagi di tambah Panji yang notabennya bobrok.
“Lusa kalian jadi ikut kan?” tanya Dinda yang baru datang di ikuti Panji dan Kenzo.
“Gue sih pasti, jadi suporter gak ada salahnya juga kan?” tanya balik Mega di balas anggukan oleh Dinda.
“Kalau lo Ra? Ikut nggak?” tanya Kenzo.
Saat Carra ingin menjawab, namun di cepat di sela oleh Panji. “Carra pasti ikut lah! Orang pacarnya aja ikut ya gak?” katanya yang di balas gumaman malas.
“Mending kita ngobrolnya di kantin aja kuy!” ajak Dinda semangat.
Bel berbunyi tak lama, kelas pun mulai kosong dengan beberapa anak IPA 2 yang sudah keluar untuk ke kantin. Hanya ada tinggal beberapa di antaranya yang masih mengerjakan tugas mencatat yang belum.
“Laper juga gue,” gumam Panji di ikuti anggukan oleh Kenzo.
“Yaudah keluar yuk!” ajak Mega di balas anggukan oleh mereka.
Mereka berjalan menyusuri koridor seperti biasanya, dengan Panji dan Kenzo yang tak henti-henti menebar pesona. Panji itu imut, Kenzo itu manis, tapi kenapa Afifah sama Adiba nggak mau? Sayang banget sih.
Sudah terlihat dari ambang pintu kantin, suasana kantin begitu riuh dengan murid Attala yang seperti mengumpul di sana. Membuat Carra dan yang lainnya agak kesusahan mencari meja yang kosong. Hanya tinggal di bagian pojok kiri, dan tengah.
“Kita duduk di mana?” tanya Dinda.
“Pojok, tengah. Jadi?” tanya Panji.
“Pojok!” balas Mega cepat dan melangkahkan kakinya untuk ke sana. Namun, baru beberapa langkah kakinya terhenti lagi ketika melihat segerombolan orang yang baru duduk di sana dan terlihat mereka seperti anak IPS.
“Yah, gimana dong?” bingung Mega.
“Mending kalian cari bangku dulu, gue sama Carra mau pesenin.” kata Senja di balas anggukan oleh mereka.
“Seperti biasa kan?” tanyanya lagi di balas acungan jempol oleh Panji.
Senja mengangguk, lalu berjalan untuk memesankan makanan dengan di ikuti Carra. Sebenarnya Carra tidak mau, namun apa boleh buat? Wajahnya juga agak pucat entah kenapa.
Panji dan Dinda berjalan lebih dulu untuk mencari meja di ikuti Mega dan juga Kenzo. Dengan bibir yang di manyun kan, Panji mengetuk-ngetuk jarinya di dagu dengan sorot mata yang menjalar ke setiap penjuru kantin.
“Ji, kemana nih?” tanya Dinda sebal sendiri.
“Aelah Din! Bentaran napa. Meja yang di tengah juga udah di isi pas lagi. Tinggal yang di pojok kiri tapi gabung sama anak IPS, centil-cntil lagi.” jawabnya menatap segerombolan orang yang baru tadi menduduki di meja pojok dengan dandanan yang agak tebal.
“Cari yang anak IPA aja, emangnya mau kita makan di kelas?” saran Kenzo yang berada di belakang.
“Bentaran gue mikir!” sahutnya.
Matanya berbinar-binar seketika saat mendapati tempat yang kemungkinan besar cukup untuk mereka. Senyuman lebar terpampang jelas di kedua bibir Panji dan langsung menarik tangan Dinda begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...