Carra menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali pandangannya beralih menatap Alaska yang berada di sampingnya.
Kenapa bisa Alaska sampai seperti ini? Carra baru mengetahui Alaska kalau dalam keadaan setengah sadar atau bisa tidak sadar mungkin. Bayangannya kembali kepada mengingat Karel dulu yang sebelas dua belas dengan tingkah Alaska yang keluar masuk club' membuat dirinya yang repot. Bagus karena Karel tidak pernah seperti itu lagi karena teguran tajam dari Selatan membuat nyalinya ciut seketika.
“Ra,” panggil Alaska. Carra hanya bergumam saja.
“Jangan ke markas,” kata cowok itu. Carra tidak memperdulikan ucapan Alaska, memangnya kalau tidak ke markas kemana? Dirinya saja tidak tahu rumah cowok itu.
Alaska berdecak. “Denger gak sih?! Jangan ke markas!” sentak Alaska.
“Bodo! Dianya aja gak sadar,” gumam Carra yang masih terdengar jelas oleh Alaska.
“Gue gak mabuk! Gue sadar. Please jangan bawa gue ke markas,” ucap cowok itu seakan tau apa yang Carra pikirkan.
“Terus kemana Alaska? Coba kasih tau rumah lo biar gue anterin,” ucap Carra ikut kesal.
“Kemana aja, asal jangan ke rumah sama markas.” ucap cowok itu.
Carra mendengus sebal, belum sempat dirinya menjawab cowok itu malah pingsan duluan. Aish! Katanya ketua geng tapi kok malah pingsan! Carra tuh bingung. TERUS KEMANA SEKARANG?!!
ARGGHH! Ingin rasanya Carra berteriak meneriaki orang di samping saat ini. Tak ada jalan lain selain membelokan mobilnya ke kiri memasuki pekarangan perumahan anggrek.
Carra memarkirkan mobilnya di depan rumahnya, tak ada lagi yang lain. Dengan pemikirannya yang saat ini hanya bertuju ke sini, ke rumahnya.
Carra memopong tubuh Alaska memasuki rumahnya. Berat! Kata itu yang cocok untuk perasaan Carra saat ini. Dengan tubuh lelaki itu tanpa berdaya membuat dirinya semakin kesusahan membawanya.
Carra mendudukkan tubuh Alaska di atas sofa lalu merentangkan otot-otot tangannya barulah merasa lega. Tangannya bergerak kembali melepaskan sepatu dan juga jaket yang Alaska kenakan, membuat tak sadar Alaska sedikit terusik dan membuka matanya.
“Nyusahin!” gerutu Carra.
“Maaf,” astaga Carra terkejut bukan main, tiba-tiba ada yang menyahut ucapannya membuat cewek itu tersentak kaget.
“Lo gak usah ngomong kalau masih gak sadar!” decak Carra.
“Gue gak mabuk Carra, gue sadar.” decak Alaska lagi. Mau iya atau enggak, Carra tidak akan peduli.
Carra ikut mendudukkan dirinya di sebelah Alaska. Cukup lelah dirinya membawa Alaska mahal ke dalam rumah dengan sendirian, dengan tenaga dirinya saja yang kurang seimbang.
Alaska menyandarkan kepalanya di bahu Carra, membuat cewek berambut sebahu itu menoleh terkejut.
“Al,” panggilnya.
“Biarin dulu, kepala gue pusing, berat.” ucap cowok itu memejamkan matanya tanpa memperdulikan Carra yang menggerutu tak jelas.
“Awas dulu, gue mau ke dapur ambil minum.” kata Carra menyingkirkan kepala Alaska dari buahnya.
Alaska menurut saja, cowok itu menyandarkan kepalanya ke punggung kursi membiarkan Carra pergi. Tidak tahu saja saat ini detak jantung Carra tidaklah karuan, cewek itu mengumpat kasar dirinya yang aneh.
Carra datang kembali dari arah dapur dengan membawa dua gelas air hangat lalu ia berikan kepada Alaska. Cowok itu menerimanya dan meminumnya setengah. Carra mendudukkan dirinya kembali di samping Alaska membuat cowok itu menyenderkan kepalanya lagi di bahu Carra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...