ALASKA -50

18.8K 639 5
                                    

Alaska membawa Carra dengan cepat ke UKS. Cowok itu langsung merebahkan tubuh Carra di atas blangkar dengan bersamaan seorang dokter baru keluar dari ruangannya.

“Ini kenapa?” tanya dokter Bisma yang baru saja datang.

“Carra kena pukulan dok,” bukan Alaska yang menjawab melainkan Mega.

Dokter Bisma mengangguk lalu segera mengecek kondisi Carra saat ini. Ia akui, pukulan yang Carra dapatkan bukanlah main-main. Di bagian pipi kirinya bengkak dan sedikit membiru dengan sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya.

“Dia hanya merasa syok, dan memar di bagian pipinya juga agak parah.” ucap dokter Bisma.

Alaska dan Mega hanya mendengarkannya laku mengangguk. Tak lama kemudian, teman-teman Carra dan Alaska yang lainnya baru saja datang memasuki UKS di ikuti Bu Jena yang ikut masuk. 

“Kalau gitu saya pamit. Jangan lupa luka lembap nya kompres,” saran dokter Bima yang langsung di balas anggukan oleh keduanya.

Sepeninggalan dokter Bima. Alaska langsung menyuruh Mega untuk mengambilkan kotak P3K dan langsung ia terima lalu membersihkan luka lembap pada bagian pipi dan sudut bibir Carra.

Bu Jena yang baru datang, ia langsung menghampiri Carra dan berdiri di dekat Alaska sambil menatap murid kesayangannya itu iba. Bagaimana bisa ia bayangkan seorang Carra terkena tonjokan? Tak lama kemudian lagi, Alfa datang dan langsung menggebrak pintu UKS dan langsung masuk.

“Bgaimana keadaan Carra?” tanya Bu Jena di samping Alaska.

Alaska tidak menjawab dan lebih memilih duduk di bangku dekat blangkar sambil menatap lekat Carra. Murid durhaka emang! Bu Jena mendengus melihat satu murid langganannya itu tidak menjawab sama sekali.

Alfa langsung berjalan menghampiri blangkar Carra dan memegang tangan kiri Carra di sebarang Alaska yang memegang tangan kanan Carra.

“Gimana keadaan Carra? Bu?” tanya Alfa kepada Bu Jena.

Alaska bangkit dari duduknya dan langsung menepis tangan cowok itu dari pergelangan tangan Carra.

“Jangan sentuh cewek gue!” ancamnya terdengar sangat menusuk.

“Gue cuma mau minta maaf,” ucapnya.

Alaska terkekeh sinis. “Emang ini semua salah lo, musuh lo itu gue bukan Carra!” bentaknya mendorong pundak cowok itu kasar.

“Gue gak maksud! Tujuan gue emang lo, bukan Carra.” ucapnya cuek.

Alaska menggeram kesal, tangannya terkepal kuat. Alfa berhasil membangunkan emosinya lagi yang ia tahan sejak tadi. Di sisi lain, Bu Jena langsung menyuruh ketiga teman Alaska mencegah Alaska yang terlihat sudah emosi.

“Jangan cari ribut Ska,” peringat Biru menahan lengan cowok itu.

Alaska menatap tajam Alfa lalu duduk kembali di tempatnya. Tangannya tak henti-hentinya membuka kayu putih dan di arahkan kepada hidung, dan pelipis Carra agar cewek itu segera sadar.

Tak lama kemudian, Carra menggeliat kecil membuat semua yang di sana memalingkan wajahnya bertuju pada satu objek. Carra mengerjapkan matanya, membuka perlahan menatap sekeliling.

Hal yang ia rasakan pertama kalinya adalah merasa pedih dan nyeri pada bagian pipinya. Otaknya bekerja kembali mengingat kejadian yang ia alami tadi, matanya kembali beralih menatap kedua orang yang duduk di samping kiri dan kanannya.

“Ada yang sakit?” tanya Alaska spontan bangun menatap Carra khawatir.

“Ra gue minta maaf, gue beneran gak sengaja.” ucap Alfa.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang