“Sakit,” gumam Carra lirih.
Dirinya bersandar ke belakang tembok toilet dengan tangan yang masih setia memegang dada kirinya. Dengan tatapan sayu menatap ke depan cermin sambil tersenyum getir.
Kalian tahu apa yang Carra rasakan sekarang? Hatinya merasa remuk dan patah berulangkali lamanya.
Carra berniat menghampiri Alaska tadi dengan ijin kepada teman-teman ada urusan, namun sepertinya tujuannya itu malah membuat dirinya mundur. Carra tidak sengaja mendengar semua percakapan Alaska dengan teman sebayanya di Planet, atau bahkan sahabatnya berbeda geng.
Yang awalnya ingin memberitahu sesuatu dari Karel untuk Alaska, Carra malah memilih mundur dan menjauh lalu berakhir di sini. Pikirannya kembali mengingat ucapan Alaska tadi. Apa benar dirinya hanyalah mainan? Bahan taruhan? Dan tidak berarti?
Carra merasa dirinya sendiri bodoh telah percaya dengan orang seperti Alaska. Dan kenapa? Kenapa dirinya tanpa sadar melibatkan semua perlakuan Alaska dengan hati?
Dan Carra akui, di sini Alaska menang. Cowok itu benar-benar menang dan berhasil mendapatkan hatinya saat ini. Carra, .....sudah jatuh dalam Alaska.
“Lo menang Al,” batinnya tersenyum kecut.
Carra mencuci wajahnya dengan air di sana. Kaki jenjangnya berjalan mendekati pintu toilet lalu membukanya. Pandangannya beralih menatap kesana kemari mencari keberadaan teman-temannya yang lain.
Apa mungkin ke kantin? Ya, itu bisa saja terjadi. Yang harus ia lakukan sekarang adalah mencari di mana keberadaan tempat yang tak asing itu. Attala dan Planet sangatlah beda, dan Carra tidak terlalu tahu seluk beluk sekolah yang ia kunjungi saat ini.
Carra berjalan menyusuri koridor dengan mata yang tak berganti menatap ke kanan-kiri dan sekitarnya. Kenapa sekolah orang sangatlah susah? Pikirnya berdecak sebal. Kalau saja dirinya harus terjebak di sini, Carra sangatlah tidak ingin. Sangat!
Apa yang Mega inginkan sekolah di sini? Semuanya sama saja hanya berbeda tempat dan seragam.
“Carra!” teriak seseorang dari arah koridor yang bersebrangan.
Carra menatap siapa orang yang memanggilnya barusan. Menatap orang di sebrang sana dengan bingung, siapa dia? Pikir Carra.
Orang itu berjalan lebih mempercepat langkahnya menyusul di mana Carra berada. Kakinya terhenti tepat di depan Carra dengan nafas yang tersengal-sengal namun tak lama bibirnya terangkat membetuk senyuman yang manis.
“Gue kira lo gak ke sini,” ucapnya menatap Carra.
“Gak mungkin gue lewatin turnamen ketos gue,” balas Carra.
Sean terkekeh. “Gue kira lo ke sini nemenin cowok lo.” katanya membuat senyum di bibir mungil Carra sedikit demi sedikit luntur.
“Oyah, lo ngapain di sini?” tanya Carra mengalihkan pembicaraan.
“Gue tadi mau ke toilet, tapi kayanya gak jadi deh.” katanya membuat Carra mengernyitkan dahi.
“Kenapa?”
“Karena ketemu bidadari yang baru turun,” gombalnya sambil mengedipkan matanya membuat Carra bergidik.
“Terserah!”
“Terus, lo sendiri ngapain di sini?” tanya Sean menatap Carra bertanya.
“Gue habis dari toilet,” jawab Carra.
Sean mengangguk saja. “Gak gabung sama temen-temen lo?” tanyanya.
“Gak tau di mana,”
Sean tertawa mendengarnya. “Gimana sih! Udah tau ini sekolah orang, pergi sendirian.” kekeh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...