Sejak tadi tidak ada yang membuka suara. Hanya hembusan angin sore yang terasa. Carra sampai di rumahnya pukul setengah enam sore. Di pastikan kedua orang tuanya memarahinya apalagi sekarang ayahnya berada di rumah. Aish, sungguh menyebalkan.
Alaska hanya dapat melihat Carra dari kaca spion motornya. Carra yang dari tadi hanya diam sama sepertinya. Terasa sangat sulit mengucapkan satu kata pun yang terkalahkan karena ego.
Alaska memarkirkan motornya di depan pekarangan rumah Carra. Cowok itu sudah tau rumahnya karena beberapa hari yang lalu Alaska mengantarkannya pulang.
“Makasih” kata Carra. Alaska hanya menjawab dengan deheman. Terlalu naif dirinya berucap.
“Mau mampir?” tawar Carra. Jarang-jarang lho seorang Carramel menawarkan masuk dulu ke dalam rumahnya apalagi itu laki-laki.
“Gak makasih. Gue duluan” Carra hanya membalas dengan anggukan.
Motor besar Alaska mulai menjauh dari pekarangan rumahnya. Carra membuka pagar rumahnya dan masuk.
Sudah di duga! Sebuah mobil silver yang terdapat sirine di atasnya. Di pastikan malam ini ayah nya pulang dengan membawa mobil polisi lagi?
Selatan–Ayah nya Carra adalah seorang polisi. Ayahnya jarang pulang karena harus bertugas menjalani kewajibannya sebagai seorang polisi. Dan Mentari–Bunda Carra, dia adalah seorang desainer yang cukup terkenal di Indonesia. Mentari juga memiliki sebuah butik yang cukup besar untuk mengisi waktu luangnya.
Carra masuk ke dalam rumahnya tak lupa memberi salam. Maju lebih dalam, Carra dapat melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk berdua di depan layar TV.
“Eh Carra. Dari mana aja?” tanya Mentari. Nah kan, kalau bundanya mulai pasti ayahnya juga mulai.
“Kenapa baru pulang? Dari mana dulu? Kok ayah gak denger suara mobil kamu?” cerocos Selatan dengan tak santai.
“Carra tad–”
“Jalan sama cowok!” teriak seseorang yang baru datang langsung memotong ucapan Carra.
Carra menatap horor orang di yang berada di sampingnya sekarang. Orang itu hanya terkekeh melihat Carra seperti itu.
“Punya pacar kan kamu?!” celetuk orang itu sambil mencolek dagu Carra.
“Abang!” rengek Carra kesal.
Karel Aldebaran–kakak satu-satunya Carra anak pertama dari Selatan dan Mentari. Cowok itu sehabis pulang kerja kelompok tugas dari kampus dan tak sengaja melihat adiknya yang di antar pulang oleh laki-laki.
Karel tertawa ngakak. “Adek Abang udah besar!” celetuknya lagi.
“Kamu pulang sama siapa?” tanya Selatan menatap anak bungsunya dengan tajam. Aish, ini yang Carra takutkan. Ayahnya ini sangat tegas mau di luar ataupun dalam rumah.
“Sama temen” jawab Carra takut-takut.
Selatan memicingkan matanya menatap curiga putrinya itu. Carra yang yang gelagapan membuat Karel semakin tertawa puas.
“Aku ke atas dulu bye Yah, Bun!” pamit Carra menghindari interogasi dari Selatan.
Sedangkan di bawa, Selatan di buat geleng-geleng kepala oleh anaknya itu lalu beralih menatap Karel yang tertawa.
“Kamu juga dari mana?” tanya Selatan.
Karel menyengir. “Kerja kelompok kok Yah” katanya membela. “Suer!” katanya lagi sampul mengangkat dua jari.
“Karel ke atas dulu dah!” ucapnya lalu berlari ke atas menyusul Carra.
Sedangkan Carra, cewek itu langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur nyaman miliknya. Aish, rasanya cape sekali hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Ficção AdolescenteFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...