ALASKA -46

17.1K 697 14
                                    

PLANET, nama itu tertera di atas sebuah gapura yang cukup besar. Tiga mobil rombongan dari Attala masuk ke kawasan SMA Planet.

Hari dimana yang di tunggu-tunggu kini datang. Pertandingan babak final atau finis dari setiap pertandingan di tutup dengan pertandingan futsal antar sekolah. Jika kemarin basket, sekarang futsal.

Semua orang sudah siap berdiri tegak di setiap koridor untuk menyambut kedatangan murid dari Attala. Rombongan Attala mulai memasuki halaman Planet dengan teratur. Carra berjalan dengan rombongannya dari sebagai suporter, Alaska yang berjalan dengan rombongan anak basket, Alfa dengan rombongan anak futsal, dan terakhir beberapa guru yang ikut berjalan terlebih dahulu.

Semua siswa yang mengikuti futsal sudah berganti pakaian dengan baju futsal. Alfa berjalan di depan sebagai kapten di ikuti anak futsal yang lainnya di belakang. Mereka berjalan ke area lapangan untuk memulai pemanasan.

Carra dan yang lainnya segera memilih tepat duduk untuk menonton dan juga suporter. Di ikuti Alaska yang ikut menyaksikan dan mencari tempat duduk sama seperti yang lainnya, di ikuti beberapa anak basket dan ekskul yang lainnya.

“Gue mau pindah deh ke sini,” gumam Mega celingak-celinguk menatap ke sana kemari.

Menatap halaman luas, bersih, dan nyaman. Membuat Mega sedikit ingin lama-lama berada di sini. Namun, Planet juga tak kalah menariknya dengan Attala, kedua sekolah itu sama-sama nyaman dan bagus. Dengan fasilitas yang sama-sama lengkap. Hanya saja yang membedakan adalah segaram, seragam antara Attala dan Planet sangatlah berbeda.

Dan setiap sekolah juga mempunyai perbedaan tersendiri, sama halnya dengan Attala dan Planet.

“Jangan pindah Meg, ngontrak aja.” saran Panji yang duduk di belakang cewek itu.

“Emang bisa ya?” celetuk Dinda.

“Cowok di sini pada cakep-cakep ya? Tapi di Attala juga gak kalah cakep nya.” celetuk Mega memperhatikan setiap siswa yang berjalan.

Carra memutarkan bola matanya di ikuti Senja yang melakukan hal yang sama. Carra akui, anak sekolah sini mempunyai paras yang sangat berbeda namun mempunyai daya tarik tersendiri, bukan hanya untuk siswa, melainkan juga siswi.

Suara ricuh semakin terdengar kala sang kapten Planet memasuki lapangan di ikuti anggota yang lainnya. Wajah tampan, terlihat manis, putih, tinggi, namun datar tidaklah mengganggu betapa sempurna orang itu.

“Kaptennya cakep, tapi mukanya datar.” celetuk Dinda memanyunkan bibirnya.

“Setau gue, yang paling depan itu salah satu anggota Pegasus bukan sih?” celetuk Kenzo menatap teman-teman bergantian.

“Seriusan? Tapi kok gak ada muka garang-garangnya?” timpal Senja.

“Tapi malah manis, ya kan Ja?” sambung Dinda di balas anggukan oleh Senja.

Senja akui, kapten futsal Planet itu sangatlah tidak ada wajah garang-garangnya namun malah manis. Meskipun dia sebagian dari Pegasus, dari wajahnya sangatlah terlihat imut di banding garang. Namun soal tatapan, dia memang mempunyai mata tajam seperti Alaska contohnya.

“Beneran dia anggota Pegasus? Tapi kenapa anggota yang lainnya gak ikutan masuk futsal?” tanya Mega kepada Kenzo.

Kenzo menggidikkan bahunya, pertanda tidak tahu.

“Yang masuk cuma dia, dari sekian banyaknya anggota Pegasus, cuma dia satu-satunya orang yang masuk ekskul manapun.” timpal Panji.

Semua mata tertuju ke arah Panji termasuk Carra yang sedikit tertarik. Apalagi mengetahui ketua Pegasus itu adalah adik tirinya Alaska.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang