ALASKA -14

20.3K 831 6
                                    

Pagi ini Carra sudah siap dengan seragam sekolahnya. Carra kali ini berdandan dengan gaya rambut yang di gerai indah sebahu di tambah bando tanduk devil merah di kedua sisi.

Hanya ingin mencari pengalaman saja. Dulu waktu sekolah dasar, Carra juga pernah memakai bando ke sekolah, namun bando yang Carra pakai adalah bando pinta besar. Bagi dirinya emang gemas, tapi bagi orang lain itu malah lucu dan aneh membuat Carra sendiri menyesal tidak ingin memakai bando itu lagi daripada harus di tertawai oleh satu sekolah.

Kali ini Carra juga berniat memakai jaket sweterr sedikit mengingat cuaca yang agak mendung dan dingin. Carra berjalan ke luar kamarnya dengan membawa tas yang sudah di isi perlengkapan sekolah hari ini.

Carra sudah dapat melihat keluarganya dari atas tangga yang sedang bersiap-siap untuk sarapan sambil bercanda. Tapi ada sedikit yang janggal saat melihat seseorang yang agak familiar ikut duduk sambil berbicara.

Carra menyipitkan matanya agar mengingat orangnya. Laki-laki, memakai jaket Hoodie, dan rambut hitam rapi terlihat basah. Yang menjadi tujuannya saat ini adalah ketika melihat sebuah slayer yang terikat di pergelangan tangan kirinya. Carra seperti pernah melihatnya. Cewek itu terdiam sebentar di tangga untuk mengamati orang itu tanpa niat langsung melihatnya.

Otak cewek itu memutar, Carra pernah melihatnya saat dirinya berada di mesjid. Bentar-bentar, waktu di mesjid. Kalau mesjid kemarin, berarti ada sangkut pautnya sama anak GALAKSI. Bentar-bentar, Carra pernah melihat Alaska yang melepaskan sebuah kain slayer waktu mau wudhu. Jadi,...

LHO, ITU ALASKA? BENERAN ALASKA? SETAU CARRA, TIDAK ADA YANG MEMAKAI SLAYER MERAH YANG BERTULISAN GALAKSI SELAIN COWOK ITU.

Terus saat ini Alaska ngapain di rumahnya? Carra turun ke bawah dengan tergesa-gesa sampai dirinya berdiri tepat di samping kiri kosong di dekat cowok itu.

“Lo ngapain di sini?” tanya Carra to the point tanpa basa-basi, cewek itu bertanya dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

“Bukannya di sambut malah di tanyain, gimana sih?” sewot Mentari. Wanita paruh baya itu baru datang dari arah dapur dengan membawa roti dan selai yang baru saja di bawa dari dalam kulkas.

Carra mendengus sebal, dengan kesal Carra menarik kursi yang di samping Alaska lalu ikut duduk. Alaska menatap ke arah Carra yang terlihat kesal, alih-alih cowok itu tersenyum puas melihatnya.

“Kamu mau sarapan apa Ra?” tanya Mentari menatap anak sulungnya itu. “Roti aja Bun,” jawab Carra seadanya.

Mentari mengangguk lalu mengoleskan selai coklat kesukaan Carra di atas roti lalu memberikannya kepada Carra yang langsung di terima oleh Carra. Carra mulai memakan rotinya itu dengan sedikit kesal.

Mentari beralih menatap pemuda di samping anaknya itu hangat. “Kalau kamu mau apa?” tanyanya lembut. Carra yang mendengarnya menjadi mencibir tak jelas mendengar Bundanya yang berbicara sangat lembut berbeda seperti kepada dirinya dan juga Karel.

“Samain aja sama Carra, Bun.” balas Alaska mencoba untuk tersenyum tipis.

“Uhuk uhuk!” Carra yang mendengarnya jadi tersedak sendiri. Cewek itu menaruh rotinya lalu meraba mencari minum.

Alaska yang di sampingnya langsung memberikan segelas air punyanya kepada Carra yang langsung di terima oleh cewek itu. Karel yang berada didepan Carra tertawa keras melihatnya.

“Kasian adek gue keselek,” ledeknya di balas tatapan tak bersahabat dari Carra.

“Makannya kalau makan hati-hati!” peringat Alaska sambil tersenyum mengejek kepada Carra yang menatapnya sebal.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang