Carra memarkirkan mobilnya di depan sebuah tempat yang sering di bilang markas. Terlihat sepi namun hanya ada beberapa motor Vespa yang terparkir di depan pekarangan rumah.
Awalnya Carra tidak begitu niat dengan tujuannya saat ini, namun entahlah sedikit penasaran juga. Sudah lama rasanya Carra tidak pernah datang ke tempat ini setelah beberapa Minggu yang lalu Alaska membawa dirinya ke sini.
Mengingat perkataan Fajar tadi, Carra sedikit masih kesal dengan cowok itu. Carra terus memikirkan apa kesalahannya sampai membuat Fajar bersikap berbanding terbalik seperti biasanya. Aish! Gak ada manfaatnya juga kalau Carra memikirkan itu.
Kaki jenjangnya melangkah ke arah pintu utama dengan masih menggunakan seragam sekolah yang ia pakai, Carra tidak pulang ke rumah terlebih dahulu dan langsung pergi ke markas GALAKSI.
“Gak ada orang ya?” gumam Carra mengetuk pintu lalu membukanya.
“Eh! Kak Carra?” panggil Gibran yang sedang duduk di sofa dengan gitar yang ia pangku. “Ada apa?” lanjut cowok itu.
Carra sedikit risih minat beberapa di antaranya menatap dia dengan bertanya-tanya. Bukannya Carra pernah ke sini dengan keadaan markas yang terisi penuh dengan anak GALAKSI.
“Gue ke sini mau–” ucapan Carra terpotong kala Gibran menyelanya.
“Cari bang Alaska?” tanya cowok itu membuat Carra mengangguk.
“Di kamarnya, yang itu!” tunjuk Gibran ke arah pintu putih yang di hiasi sebuah kayu yang di tempel di ambang pintu dengan lambang Garuda.
Carra tidak asing, bukan pertama kalinya ia akan melihat ruangan itu. Namun kedua kalinya. Ruangan yang selalu di hiasi dengan cat warna hitam-putih dengan beberapa stiker tulisan tentang prinsip dan moto GALAKSI.
Carra mengangguk. “Gak papa kalau gue masuk?” tanya Carra sedikit tidak enak.
Gibran menggidikkan bahunya. “Masuk aja kak, bukan kali pertamanya lo ke sana kan?” kata cowok itu di balas anggukan oleh Carra.
Carra melangkahkan kakinya menuju kamar yang Gibran maksud. Tangannya memegang kenop pintu dan membukanya secara perlahan, kakinya berjalan dengan hati-hati.
Terlihat Alaska yang tertidur dengan nyaman di atas kasur dengan pakaian yang masih sama seperti kemarin malam. Hoodie hitam, celana jeans panjang, dan dengan masih memakai sepatu membuat Carra menghela nafasnya.
Tangan cewek itu bergerak untuk melepaskan sepatu yang Alaska pakai dengan telaten, beralih melepaskan kaos kakinya tanpa rasa jijik atau gimanapun.
Alaska yang merasakan sesuatu dengan perlahan membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah Carra yang sedang berdiri membungkuk di dekat ujung kasurnya sedang melepaskan sepatu yang ia pakai.
Seulas senyum tipis menghiasi wajah Alaska yang pucat, mungkin kali ini Alaska akan merasa beruntung. Kalaupun dirinya tidak gengsi, pasti Alaska udah memuji-muji Carra saat ini.
“Eh?!” bingung Carra saat menatap ke arah Alaska yang ternyata sudah menatapnya juga.
“Kenapa?” suara berat Alaska membuyarkan lamunan Carra.
“Sorry, gue lancang,” kata gadis itu.
Alaska tidak membalas ucapan Carra, cowok bertubuh jangkung itu menegakkan tubuhnya jadi bersandar ke ranjang kasur. Menggerakkan tangannya menepuk-nepuk kasur di sebelahnya.
“Duduk Ra,” titah Alaska yang melihat Carra masih berdiri.
“Di mana?” bingung Carra.
“Sini,” panggil Alaska menepuk kasur di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...