ALASKA -24

16.7K 663 0
                                    

Alaska menatap kepergian Carra dari kelasnya, pandangannya beralih menatap Fajar yang terdiam termenung di sebelahnya dengan menopang dagu.

Matanya beralih kembali menatap Carra yang sudah tidak ada jejaknya, dirinya bangkit dari duduk lalu menatap Fajar dengan tatapan seperti biasanya.

“Gue ijin,”

Fajar mendongakkan kepalanya menatap Alaska dengan alis yang terangkat satu, tak lama kemudian kepalanya mengangguk mengiyakan ucapan Alaska.

Alaska berjalan meninggalkan kelasnya dengan Guntur yang sedari tadi menatap dirinya dengan tatapan yang sebal, bagaimana tidak? Baru kali ini Alaska pergi bolos sendirian. Kalau enggak, Alaska suka mengajak Guntur atau Biru karena tidak mungkin untuk seorang Fajar Angkasa yang notabennya bisa di bilang murid teladan terus terusan bolos.

“Ikut bolos gak Jar?” tanya Guntur membalikan badannya menghadap Fajar dengan kepala yang di miringkan.

Fajar membalasnya hanya dengan menggidikkan bahunya acuh membuat Guntur semakin mendengus dan langsung membalikkan badannya lagi menghadap ke depan.

Alaska berjalan ke luar kelas dengan pandangan yang menatap sekitar. Matanya memicing ke segala arah mencari sosok yang ia cari, ujung bibirnya tertarik satu saat matanya menemukan sosok yang ia cari sedari tadi.

Kakinya melangkah lebih manju sedikit berlari mensejajarkan langkahnya dengan orang yang berada di sampingnya saat ini. Dengan adanya Alaska, orang di sampingnya menggantikan langkahnya menatap orang yang berada di sampingnya saat ini terkejut.

“Kenapa? Lanjutin aja.” Alaska menaikan satu alisnya saat berbicara seakan dirinya tidak menganggu.

Gadis itu mendengus sebal lalu melanjutkan lagi langkahnya tanpa memperdulikan keberadaan Alaska yang bisa di bilang sedang mengikutinya.

Alaska menyunggingkan senyum miringnya, dengan cepat tangan gadis itu ia tarik berbelok ke arah kiri. Carra yang niat awalnya kembali ke kelas tiba-tiba tersentak kaget saat melihat Alaska yang membawa dirinya berbelok kekiri.

Carra semakin tersentak saat melihat Alaska membawa dirinya pergi ke rooftop dengan mengunci pintunya. Hanya ada satu pertanyaan Carra tentang Alaska saat ini. Dari mana cowok itu dapat kunci rooftop? Aish, mungkin Carra lupa siapa Alaska.

“Kok?”

Alaska tidak mengindahkan pertanyaan Carra, kakinya berjalan sedikit lebih maju mendekat ke arah kursi yang berada di sana.

“Sini!” suruh Alaska menunjukkan bangku di sampingnya.

Carra ikut duduk di bangku yang bisa di bilang cukup panjang dan cukup untuk tiga orang, pikirannya kembali melayang saat mengingat kali ini ada pelajaran pak Rangga–guru killer–yang bisa saja menghukum dirinya tanpa beban kalau mengetahui Carra tidak mengikuti pelajarannya.

“Gue balik kelas aja ya? Ada pelajaran pak Rangga,” katanya kepada Alaska.

“Terus?” dengan gampangnya Alaska bertanya seperti itu.

Carra berdecak. “Kalau gue di hukum gimana?” bingungnya, tubuhnya kembali berdiri dan bertujuan akan melangkah mendekat ke arah pintu rooftop sebelum Alaska mengeluarkan suara.

“Silahkan, itupun kalau bisa.”

Carra menghentikan langkahnya, benar juga kata Alaska. Bagaimana ia bisa keluar kalau pintunya saja di kunci? Lebih tepatnya kuncinya berada di tangan Alaska.

Pasrah sudah dirinya. Carra dengan berat hati mendudukkan kembali tubuhnya di tempat semula. Dengan Alaska yang di sampingnya gak sengaja tersenyum tipis melihat Carra yang pasrah.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang