“Kita sebenernya mau kemana sih?” tanya Carra.
Sedari tadi cewek itu tak berhentinya bertanya kepada Alaska. Namun lelaki di sampingnya hanya diam dan bergumam saja semakin membuat Carra mendengus sebal mendengarnya.
Carra akui, jalan yang Alaska pilih saat ini bukanlah jalan pulang ke arah rumahnya. Namun setelah melewati beberapa jalan, Carra sama sekali tidak merasa asing dengan tempat yang sempat ia lewati.
Alaska memarkirkan mobilnya di depan vila, membuka safety belt yang ia gunakan lalu turun di ikuti Carra yang baru saja keluar. Carra mengacir, berjalan berjauhan dengan Alaska yang saat ini akan mendekat membuat cowok berjaket hitam itu mengernyitkan bingung.
“Ke sini Ra,” panggilnya. Alih-alih mendekat, Carra malah semakin menjauhkan dirinya dari Alaska.
“Lo ngapain ngajak gue ke sini Al?” tanya Carra hati-hati.
Alaska semakin kebingungan dengan sikap Carra, emang kenapa kalau dirinya mengajak Carra ke sini? Alaska menatap sekelilingnya tidak ada yang aneh sama sekali, tapi kenapa Carra terlihat sangat takut?
Mata cowok itu beralih menatap papan tulis yang tertanjap persis di depannya saat ini. Bibirnya terangkat kecil lalu terkekeh yang menurut Carra terlihat seperti seringai membuat bulu kuduknya merinding.
“Jangan ketawa!” sarkas Carra mencoba memukul tangan Alaska lalu berjauhan lagi.
Alaska menatap gemas Carra. “Ngapain jauh-jauhan Ra, deketan sini!” titah Alaska namun tak di gubris oleh Carra.
“Ayo Carra!” ajak Alaska terdengar ambigu buat Carra.
“A-ayo apa?” tanya Carra gugup.
Alaska mendekatkan dirinya ke Carra lalu merangkul tubuh gadis itu gemas. “Kita jalan! Pikirannya negatif mulu deh,” ucap Alaska menyentil kening Carra membuat gadis itu meringis.
“Jalan kemana?” tanya Carra yang masih belum faham.
“Ke dalam,” balas Alaska membuat Carra terdiam lagi. “Ya ke pantai lah!” lanjutnya semakin gemas melihat Carra.
Alaska dengan cepat menarik tubuh Carra berjalan beriringan mendekat ke tepi pantai dengan satu buah lollipop yang entah dari mana lelaki itu dapat.
Carra menatap sekelilingnya, lantas saja dirinya merasa tidak asing. Ini tempat yang sempat ia kunjungi juga bersama Alaska dulu, meski hanya sekali tapi Carra masih tetap ingat dengan tempatnya.
“Nih,” ucap Alaska menyodorkan satu bungkus permen lollipop kepada Carra.
“Dari mana?” tanya Carra.
“Ya beli,” balas Alaska lalu mendudukkan dirinya di tepi pantai di ikuti Carra yang ikut duduk setelah menerima lollipop yang Alaska kasih.
“Kenapa berbelit-belit banget sih Al cari jalannya,” gumam Carra setelah berhasil membuka plastik permen lollipop lalu menjilatinya.
“Tempat biasa penuh, cuma di sana yang kosong.” ucap Alaska menyandarkan pandangannya kedepan.
Carra tidak membalas ia melakukan hal yang sama seperti Alaska. Menatap lurus ke depan melihat pemandangan matahari yang sedikit demi sedikit mulai menghilang memancarkan cahaya terang yang terlihat sangat indah.
Alaska menautkan tangannya ke sela-sela jari Carra membuat gadis itu tersentak kaget namun tetap membiarkannya. Rasa yang sempat hilang, kini Alaska rasakan kembali bagaimana nyamannya ketika bersama Carra.
“Aku pernah bilang kan, kalau aku suka sunset, tapi aku juga benci?” tanya Alaska namun tak di balas oleh Carra.
“Datang membawa keindahan, lalu hilang seketika. Aku saat ini sedang di uji untuk kedua kalinya,” lanjut lelaki itu dengan membalikkan badannya menatap Carra intens.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...