Ruang BP–adalah salah satu ruangan yang paling di hindari dari Attala, terkecuali anak-anak berandalan seperti GALAKSI. Di tambah lagi dengan Bu Jena–guru BK yang di kenal galak.
Di sini sudah ada Alaska, Alfa, dan teman-temannya yang ikut masuk. Bu Jena menatap orang di depannya tak habis pikir. Di tambah lagi dengan Alfa–Sang ketua OSIS Attala yang baru berurusan dengan BK. Bu Jena tidak menyangka kalau Alfa akan terseret dalam kejadian kali ini.
“Alaska, saya sudah cape menghadapi kamu yang suka keluar masuk BK,” kata Bu Jena. “Sekali tidak membuat masalah tidak bisa ya?” lanjutnya. Alaska hanya diam tanpa niat membalas, cowok itu sudah terbiasa dengan orang di depannya yang suka sekali menceramahi nya.
“Kamu juga Alfa! Saya tidak menyangka ketua OSIS seperti kamu masuk BK. Yang saya ketahui, kamu itu anaknya rajin, baik, dan tidak pernah mencari masalah,” kali ini Bu Jena menatap Alfa yang tertunduk tanpa membalasnya.
“Dia munafik Bu!” kompor Guntur gemas sendiri.
“Punya masalah apa lo sama anak OSIS?” tanya Revan dengan tangan terkepal.
Biru berdecih. “Bukannya kalian yang suka cari masalah duluan?” katanya.
“Diam!” bentuk Bu Jena yang dapat membuat semuanya bungkam. Biru dan Revan saling menukar pandang dengan tatapan benci dan tajam.
Bu Jena memijat pelipisnya merasa pusing menghadapi anak-anak seperti mereka. Kali ini ia dapat memaklumi Alaska, namun bagi Alfa, Bu Jena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
“Alaska, kenapa kamu memukul Alfa sampai seperti ini?” tanya Bu Jena mencoba tenang. “Tidak akan ada asap kalau tidak ada api,” lanjut guru itu.
“Tanya saja sama murid kebanggaan Ibu,” decih Alaska tajam.
Bu Jena menghela nafasnya panjang. “Kamu melakukan apa sampai membuat Alaska marah?” tanyanya menatap murid kebanggaan nya itu.
Alfa tidak menjawab, cowok itu malah menatap Alaska dengan tatapan benci dan tajam. Alaska yang di tatap hanya diam tanpa merespon sedikitpun.
“Jawab Ibu Alfa!” sentak Bu Jena.
“Saya tidak berbuat apa-apa. Saya sedang makan di kantin dan tiba-tiba dia datang langsung menggebrak meja,” kata Alfa mencoba memberanikan diri menatap gurunya itu.
Alaska berdecih sinis. “Dengan perlakuan lo terhadap cewek gue itu bukan apa-apa?” katanya sinis.
Bu Jena sejenak melongo mendengar penuturan Alaska. Jadi kali ini anak itu berantem karena cewek? Pikirnya. Pak Wawan yang berada di sana ikut melongo tak percaya.
“Jadi gara-gara cewek?” tanya Pak Wawan. “Astaga, saya kira masalah serius,” lanjut guru itu sambil menggelengkan kepalanya.
“Kamu mau jadi pelakor Fa?” tanya Pak Wawan menatap Alfa yang terdiam.
Semuanya melongo mendengar ucapan Pak Wawan barusan. Apakah gurunya itu sedang menyindir Alfa barusan dengan menyebutnya pelakor?
“ASTAGFIRULLAH BAPAK! BERDOSA BANGET!” teriak Guntur tiba-tiba.
“Sabar Tur! Hidup lo kayanya nyolot terus ya,” decak Biru sebal. “Eh bentar, saya juga setuju kok sama Bapak. Eh ketos! Lo mau rebut Carra dari Alaska?” lanjut cowok itu ikut nyolot sambil menunjuk Alfa yang masih terdiam.
“Carra siapa tuh? Yang mana Carra?” tanya Pak Wawan.
Guntur tersenyum. “Itu lho pak, Inces saya dari IPA 2, Carranmel Andromeda. Mantan anak marching band,” katanya dengan menyebut Carra dengan sebutan Inces.
“Wah, hebat juga kamu Alaska dapet pacar secantik Carra. Padahal mau bapak gebet lho!” guraunya sambil menepuk pundak Alaska membuat sang empu mengumpat kesal.
Bu Jena yang sedari tadi mendengarnya terus menggelengkan kepalanya heran. Guru sama murid sama aja gak ada bedanya, sedangkan Guntur dan Biru tertawa mendengar ucapan Pak Wawan.
“Bapak juga jangan nikung dong!” ucap Guntur menatap gurunya itu sambil terkekeh.
“Sudah ya! Kalau begitu. Kalian berdua ibu hukum. Alaska membersihkan halaman belakang dan kamu Alfa, kamu saya hukum membereskan perpustakaan,” kata Bu Jena sambil menatap orang di depannya secara bergantian.
“Kenapa dia gak di scors?” protes Alwi menatap tak suka Alaska.
“Keputusan ibu sudah bulat. Jangan banyak protes oke!” katanya mulai pusing.
Alfa dan kedua temannya segera berpamitan keluar dari ruang BK di susul Alaska dan yang lainnya. Kalau kalian kira Alaska kan mengerjakan hukumannya, kalian salah besar.
Cowok itu malah berjalan ke arah rooftop untuk bolos. Fajar dan yang lainnya hanya bisa mengikutinya dari belakang.
***
Alaska dan ketiga temannya sudah berada di rooftop. Sedari tadi Alaska hanya diam tanpa ikut menyahut Guntur dan Biru yang terus berbicara sesuka hatinya.
Fajar yang melihatnya pun sedikit aneh melihat Alaska yang biasanya memainkan handphone meski tidak berbicara, tapi kali ini cowok itu terus melamun dengan tatapan kosong.
Fajar memalingkan wajahnya menatap ponselnya yang berdering memperlihatkan notifikasi yang masuk. Cowok itu langsung membukanya, tatapannya berubah menjadi memerah.
“Ska,” panggil Fajar.
Alaska memiringkan kepalanya menatap Fajar yang baru saja memanggilnya dengan alis yang terangkat satu.
“Buka hp,” titahnya.
Alaska mengernyitkan dahinya terlalu tetap menurut dan membuka handphonenya. Terdapat banyak notifikasi pesan dan riwayat telpon dan Angga–salah satu anggota GALAKSI. Tangan cowok itu terkepal saat membaca pesan yang anggotanya itu kirimkan.
“Kita ke markas sekarang!” kata cowok itu lalu berdiri di ikuti Fajar.
Guntur dan Biru yang melihatnya bingung apa yang sedang terjadi? Bukannya barusan baik-baik saja? Mereka berdua ikut berdiri dan menyusul Alaska dan Fajar keluar rooftop.
Mereka berjalan dengan Alaska yang berlari. Cowok itu segera pergi ke kelasnya lalu membawa tas dan jaketnya dalam keadaan kelas yang kosong karena sekarang mengingat guru tidak masuk.
Alaska berjalan ke arah parkiran dengan buru-buru sampai tidak memperhatikan jalan membuat cowok itu menabrak seseorang sampai terjatuh.
“Aish, sial!” gumam orang itu.
“Sorry, gue gak sengaja.” kata Alaska datar lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan siapa yang ia tabrak.
Sedangkan yang di tabrak tadi menutup mulutnya tak percaya. Tatapannya ikut mengikuti arah jalan Alaska yang mulai menaiki motor Vespanya dan menjauh dari pekarangan sekolah.
“Itu beneran Alaska? OMG! Liat dari deket ganteng banget anjir!!” gumamnya.
Gadis bername tag Clara–itu berdiri dari jatuhnya dan menepuk-nepuk rok yang sedikit kotor dan membereskan kembali buku-bukunya yang terjatuh.
Percayalah, saat ini jantung gadis itu berdegup kencang tanpa permisi. Siapa sih yang gak melting kalau ketemu Alaska? Di tabrak aja mereka rela kok asal bersentuhan dengan Alaska. Cowok itu dapat memikat hati siapapun dengan waktu singkat. Aish, sayangnya cowok itu selalu tampak cuek dan dingin kepada siapapun.
Di bandingkan mencari masalah dengannya, lebih baik memendamnya sendiri saja. Berurusan dengan Alaska sama saja seperti berurusan dengan Singa. Cowok itu akan mengaung kapanpun jika ada yang berani mengganggu hidupnya.
🌻🌻🌻

KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...