Pulang sekolah kali ini, Carra pulang bareng Alaska. Cowok itu tadi memaksanya pulang bareng, Carra sempat menolak karena dirinya tadi pagi berangkat sama supirnya.
Carra berjalan dari kelasnya menuju luar, di sana sudah ada Alaska yang berdiri dengan tatapan datar seperti biasanya. Carra rasa ada yang gak beres dengan lelaki di depannya saat ini. Alaska yang lembut berubah menjadi dingin kembali, bukan apa-apa hanya saja Carra merasa beda.
Jujur saja, jantungnya di buat maraton sejak kejadian di kantin tadi. Seharian ini Carra sedikit merasa aneh dengan sikap Alaska yang agak berubah, maybe. Mereka melangkahkan kakinya berjalan ke parkiran. Alaska membukakan pintu mobilnya untuk Carra, apa kata Carra bilang! Ada yang gak beres dengan Alaska saat ini.
Merasa aneh juga karena Alaska membawa mobil, kalau enggak, cowok itu akan membawa motor Vespanya atau motor sport kesayangan nya. Orang kaya mah beda!! Motor juga ganti-ganti, tapi Carra lebih merasa nyaman ketika berkendara bersama Alaska memakai motor Vespanya.
Sepanjang jalan seperti biasanya, tidak ada yang membuka pembicaraan. Pandangan Carra yang lurus ke depan dan Alaska yang sibuk menyetir. Mobil hitam Alaska terparkir rapi di salah satu tempat yang belum Carra ketahui.
“Kok?”
Alaska melepaskan sabuk pengamannya dan beralih menatap Carra di sampingnya yang masih menatap bingung ke area tempat.
“Tunggu gue latihan sebentar gak papa?” tanya Alaska.
“Latihan?”
Alaska mengangguk. “Basket buat turnamen lusa,” jawab cowok itu.
Dengan ragu Carra hanya bisa mengangguk pasrah. Kakinya berjalan mengikuti Alaska dari belakang. Mengapa Alaska mengambil tempat latihan private? Kenapa gak di sekolah aja? Pikirnya.
Setelah masuk ke lapangan indoor, Carra dapat melihat beberapa orang yang sedang latihan pemanasan, ternyata mereka salah satu anak Attala. Tapi hanya beberapa saja, ada juga yang tidak Carra kenal mungkin itu dari anak sekolah lain.
“Wih!! Kaptennya udah bawa gandengan aja nih!” sindir salah satu dari mereka yang Carra tidak kenal. Kemungkinan besar itu anak sekolah lain.
“Yoi! Yang satunya lagi kalah bro!” timpal yang lainnya juga. Carra hanya bisa tersenyum kiuk menanggapi ucapan mereka.
“Sialan lo!” umpatan yang di sindir.
“Lo pacarnya Alaska?” tanya salah satu dari mereka, Carra hanya terdiam menunduk seolah berat berbicara.
Alaska yang melihat gadisnya terdiam lantas berdehem. “Gue ke sini niat latihan, bukan interogasi.” katanya datar.
Orang yang berada di depan Alaska lantas tersenyum tipis, pandangannya beralih kembali menatap Carra yang masih terdiam di samping Alaska.
“Gue Sean, anak Planet.” sapa nya menyodorkan tangannya kepada Carra.
Carra hanya mengangguk lalu menerima uluran tangan orang yang bernama Sean itu. “Carramel, Attala.” balas Carra.
Senyum Sean semakin merekah, jabatan tangan itu tak kunjung lepas sampai saat ini membuat Carra sedikit risih. Kelakuan kedua sejoli itu tak luput dari perhatian siapapun termasuk Alaska yang menatapnya datar.
Tangan cowok itu bergerak melepaskan jabatan tangan Sean dan juga Carra. Sean yang di perlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum tipis menatap sang kerabat yang akan menjadi lawan. Tiba-tiba segerombolan orang yang lainnya sudah datang dari arah ruang ganti dengan memakai baju basket.
“Lho? Carra, Lo di sini juga?” tanya Guntur yang baru saja datang, Carra hanya menganggukkan kepalanya.
“Mau terus ngobrol atau latihan?” perkataan Alaska dapat membuat semua pandangan beralih menatap cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska (REVISI)
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM BACA!!! (Plagiat di larang mendekat!) Jangan lupa tinggalkan jejak 🌻 Typo bertebaran harap maklum! __________________________________________________ Start 05/03/21 Finish 29/04/21 Ini tentang Alaska si cowok arogan yang berteka...