ALASKA -37

16.6K 707 5
                                        

Alaska melangkahkan kakinya menaiki beberapa anak tangga dengan tangan yang di masukan ke dalam saku Hoodie dengan cepat.

Merasa risih, itulah yang Alaska rasakan saat ini. Kembali ke rumahnya bukanlah keinginannya saat ini, namun keadaan yang mengharuskannya. Begitupun bertemu dengan keluarganya bukanlah sebuah keinginan, namun kesialan.

Kaki kekarnya berjalan belok ke diri menuju kamar lamun terhenti seketika. Terlihat seseorang yang sedang berdiri bersandar di depan pintu kamarnya sambil memejamkan mata. Niat Alaska yang ingin masuk ke dalam seketika hilang begitu saja, kakinya kembali membalik segera berjalan kembali ke bawah namun terhenti kembali ketika mendengar suara.

“Kemana? Baru pulang langsung pergi lagi. Gitu?” serunya.

Alaska diam, tanpa niat membalikkan badannya lelaki itu menatap datar ke depan dengan berbagai pikiran yang datang. Please! Baru saja dirinya merasa baikan kenapa masalah selalu datang terus?

“Gue mau bicara sama lo, Ska.” ucapnya.

“Apa?” balas Alaska membalikkan badannya.

Orang itu menatap mata Alaska dengan dalam. Berbeda lagi dengan Alaska terus menatapnya tajam dengan penuh kebencian.

“Lo boleh benci gue, tapi jangan Mamah. Mamah gak tau apa-apa tentang masalah kita, jdi berhenti hina nyokap gue dengan kata-kata menyakitkan lo!” ucapnya

“Apa hak lo ngelarang gue benci jalang itu!” balas Alaska semakin membuat hati Mars seperti teriris pisau yang terus menancab.

Kata 'jalang' itu semakin membuat emosi yang cowok itu tahan malah semakin meluap. Tidak terima dengan perkataan orang yang menjadi kakaknya saat ini kepada ibunya.

“Nyokap gue bukan jalang!” bentaknya menggema.

Alaska tertawa miris. “Lo tau? Selama ini gue gak pernah dapet perhatian dari seorang Papah! Karena Papah gue sibuk dengan kerjanya yang gue anggap buat ngisi waktu sedihnya kalau keinget sama Mamah!” balik bentak Alaska dengan mata memerah.

Kaki cowok itu berjalan selangkah lebih maju. “Dan dengan seenaknya, dia bawa perempuan ke rumah ini dengan tiba-tiba bilang kalau dia istri bokap gue! Dan yang paling sakit, KETIKA GUE UDAH BERUSAHA MENERIMANYA, GUE HARUS DI HADAPIN DENGAN FAKTA KALAU DIA ITU NYOKAP LO!” teriaknya tiba-tiba sambil menunjuk Mars dengan penuh kebencian.

“GUE BENCI FAKTA ITU MARS! Lo gak tau kan gimana rasanya jadi gue? Kehilangan sosok perhatian dari keluarga selama bertahun-tahun, dan lo dengan gampangnya bersikap seolah baik-baik aja dan dapat semua perhatian dari bokap gue!” lanjutnya.

Mars ikut merasakan pa yang cowok itu rasakan saat ini. Di balik tangga, di sana ada Andin yang tertunduk lemas sambil menangis ketika mendengar perkataan Alaska yang begitu menyayat hatinya. Rasa bersalah kini datang menghampirinya, bagaimanapun juga ia sudah menyayangi Alaska seperti dirinya menyayangi Mars.

“Nyokap gue gak salah! TAPI BOKAP LO SENDIRI YANG DATANG KE KEHIDUPAN MAMAH! BUKAN SALAH NYOKAP GUE!” teriaknya.

“KARENA ITU, OM DIRGA DATENG DAN DEKET SAMA MAMAH KARENA DIA MAU COBA BUAT NGELUPAIN NYOKAP LO! DAN BUAT APA NGINGET-NGINGET ORANG YANG UDAH GAK ADA?” teriaknya sambil terkekeh sini.

Rahang Alaska mengeras. Lelaki itu maju semakin dekat dan dengan tangan terkepal, satu pukulan mengenai wajah tampan Mars dengan membabi buta.

Bugh!

“JANGAN PERNAH LO BAWA-BAWA NAMA NYOKAP GUE ANJING!” amuknya.

Di balik pintu, dengan cepat Andin berjalan ke atas dan mencoba memisahkan kedua remaja itu yang terus namun sayangnya, malah dirinya yang terkena pukulan keras dari tangan Alaska membuat dirinya terjatuh ke lantai.

Alaska (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang